Media Berkemajuan

19 Mei 2024, 15:43

Israel dan Hamas Kembali Rencanakan Gencatan Senjata, Begini Syarat dari Israel!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Asap mengepul di Gaza menyusul ledakan, yang terlihat dari Israel, Selasa [30/04/2024] [Foto: Reuters]

Gaza, mu4.co.id – Perundingan gencatan senjata kini kembali direncanakan oleh Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Sementara itu, Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS) masih tetap menjadi mediator kedua pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Berdasarkan laporan Barak Ravid dari situs Axios, proposal dari Israel adalah gencatan senjata dengan imbalan pembebasan sandera dan pembicaraan mengenai pemulihan ‘ketenangan berkelanjutan di Gaza’.

Sebelumnya, diketahui Hamas juga telah menyiarkan beberapa video bukti hidupnya para sandera Israel yang diperkirakan akan ditukar pada suatu saat selama kesepakatan gencatan senjata terjadi.

Sementara itu, menurut laporan The Guardian, Senin (29/04/2024), pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya melontarkan gagasan ‘hudna’, sebuah diksi yang digunakan dalam yurisprudensi Islam untuk menggambarkan semacam gencatan senjata jangka panjang atau ‘ketenangan yang berkelanjutan’.

Baca juga: Krisis Pasukan! Sejumlah Petinggi Militer Israel Kompak Ajukan Resign Massal, Apa Yang Terjadi?

Meskipun dalam beberapa hari terakhir, mewakili satu jalur mediasi, Qatar telah berbicara terbuka mengenai rasa frustrasinya atas seputar perundingan Mesir-Israel, yang terhenti. Namun kini dikabarkan lebih banyak aktivitas dan forum yang telah menghasilkan gencatan senjata.

Seorang pejabat senior Israel juga mengatakan kepada media Ibrani, bahwa pembicaraan dengan Mesir sangat baik, terfokus, berlangsung dalam semangat yang baik dan mengalami kemajuan dalam segala hal.

Kemudian, terkait ancaman Israel menginvasi Rafah, Israel menyatakan mereka menggunakan prospek operasi Rafah, dan persiapan yang terlihat untuk operasi tersebut, termasuk pembangunan tenda perkemahan besar sebagai ancaman nyata terhadap Hamas, dan mereka mengatakan bahwa ini merupakan kesempatan terakhir untuk gencatan senjata. Namun, Hamas menyadari adanya penolakan kuat dari dunia internasional terhadap pasukan Israel yang memasuki Rafah.

Meski demikian, berdasarkan laporan dari New York Times, dikatakan bahwa AS sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan ekspor pertahanan ke Israel jika mereka melancarkan operasi skala besar di Rafah.

“Jika ada kesepakatan, kami akan menghentikan operasi tersebut. Pembebasan para sandera adalah prioritas utama kami,” ujar Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz.

Sumber: sindonews.com

[post-views]
Selaras
error: Content is protected !!