Media Berkemajuan

27 Juli 2024, 12:18

Pro dan Kontra Film Vina: Sebelum 7 Hari, Berikut Sejumlah Fakta Yang Perlu Diketahui!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Film Vina: Sebelum Tujuh Hari [Foto: Instagram @deecompany_official]

Jakarta, mu4co.id – Vina: Sebelum 7 Hari, film horor terbaru yang disutradarai oleh Anggy Umbara dan diproduksi oleh Dee Company yang tayang di bioskop sejak Rabu (08/05/2024) telah ditonton sebanyak 3.583.840 orang sampai hari ke-9 tayangnya, Kamis (16/05/2024).

Film tersebut diangkat dari kisah nyata dari kasus pembunuhan dan pemerkosaan seorang remaja asal Cirebon bernama Vina oleh anggota-anggota geng motor pada tahun 2016 lalu. Dimana melalui film tersebut kakak perempuan almarhum Vina, Marliana (33) mengatakan bahwa keluarganya berharap kasus kematian adiknya itu dapat terangkat kembali dan diusut tuntas oleh pihak otoritas.

Lalu, apa pro dan kontra yang timbul dari film Vina: Sebelum 7 Hari tersebut?

Film tersebut ramai diperbincangkan di media sosial lantaran menampilkan adegan kekerasan seksual yang dibuat berdasarkan kisah nyatanya, dimana dalam film tersebut menunjukkan tokoh Vina yang mengalami kekerasan seksual. Selain itu, pada akhir film tersebut juga menampilkan rekaman asli suara Linda, sahabat Vina, ketika dirasuki oleh arwah temannya (Vina). Dimana dalam rekaman tersebut, Linda mendeskripsikan dengan detil apa yang terjadi pada Vina.

Kritikus film, aktivis perempuan, dan sejumlah warganet pun menilai adegan tersebut terlalu brutal dan kurang etis, mereka beranggapan ada beberapa adegan yang tidak perlu dimasukkan ke dalam film, khususnya bagian pemerkosaan dan tampilan almarhumah yang berlebihan atau didramatisir, bahkan beberapa penonton memilih untuk tidak menonton film tersebut. Meski demikian, ada pula penonton yang merasa adegan itu perlu dimasukkan untuk menggambarkan realita yang dialami Vina, dan berharap dengan tayangnya film tersebut semakin banyak orang menjadi sadar akan kasus kematian Vina.

Salah satu aktivis perempuan, Tunggal Pawestri mengatakan bahwa pembuat film dan lembaga sensor perlu mempertimbangkan pula sensitivitas terhadap korban serta penyintas kekerasan seksual dan tidak hanya menilai layak atau tidaknya sebuah adegan berdasarkan pedoman semata. Di sisi lain, pengamat perfilman, Hikmat Darmawan, mengatakan adegan kekerasan seksual pada umumnya memang memicu protes dari berbagai kalangan.

Baca juga: Dari Kisah Nyata, Berikut Sinopsis Film Vina: Sebelum 7 Hari. 3 Pelaku Masih Buron!

Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Rommy Fibri Hardiyanto menjelaskan bahwa adegan kekerasan dalam film itu masih berada dalam batas wajar untuk film dewasa sesuai pedoman sensor yang tertera dalam Permendikbud Nomor 14 tahun 2019. “Adegan kekerasan yang sudah diluluskan itu dinilai LSF masih proporsional dan bisa diterima orang 17 tahun ke atas,” kata Rommy, Jumat (10/05/2024).

Selain itu, dirinya juga menyebut bahwa adegan kekerasan seksual itu merupakan bagian dari konteks awal film. Sehingga, menurutnya adegan itu tidak serta-merta ada untuk mendramatisir tindakan keji itu sendiri. “Artinya secara alur film, adegan ini harus ada karena memang itu bagian dari adegan yang kemudian memunculkan sebab-akibat di depan dan di belakangnya,“ ungkapnya.

Sementara itu, Produser sekaligus CEO Dee Company, Dheeraj Kalwani mengatakan bahwa pihaknya membuat adegan kekerasan seksual secara ‘apa adanya’ agar penonton dapat mengerti apa yang terjadi pada Vina sebenarnya. “Semua yang ada di film itu fakta. Tidak mungkin kami mengangkat film tragedi tapi tragedinya tidak (diceritakan),” kata Dheeraj.

Lebih lanjut, ia menepis anggapan bahwa mereka membuat film itu hanya untuk meraup untung atau untuk mengeksploitasi korban. “Kalau hanya ingin mengambil untung atau dianggap seperti itu mengapa keluarga mengizinkan? Saya rasa keluarga juga ingin film ini dibuat,” tuturnya.

Baca juga: Pembuktian Kebenaran Agama, Berikut Sinopsis Siksa Kubur yang Sedang Ramai Ditonton!

Di sisi lain Marliana sebagai kakak almarhum Vina, ia mengatakan bahwa keluarganya berharap dengan film Vina: Sebelum 7 Hari itu dapat mengedukasi masyarakat terkait apa yang sebetulnya terjadi. Dirinya juga menginginkan semakin banyak orang mendoakan almarhumah Vina agar diberi ketenangan di akhirat. “Karena masyarakat dipertontonkan (kejadian) secara utuh, tidak terpotong-potong, jadi sedikit tercapai apa yang pihak keluarga inginkan dari film ini,” katanya.

Selain itu, ia juga berharap film tersebut dapat mengangkat lagi kasus Vina agar pihak kepolisian terdorong untuk mengusut tuntas kematian adiknya yang belum sepenuhnya diselesaikan. “Saya pikir keadilan itu hanya untuk orang-orang yang punya jabatan kekuasaan. Kalau untuk saya pribadi, keluarga yang tidak punya (kuasa) sangat sulit untuk menemukan keadilan, sulit sekali,” ujar Marliana.

Untuk diketahui, Pada 31 Agustus 2016 lalu pihak kepolisian telah berhasil menangkap 8 orang pelaku dari total 11 orang tersangka. Sementara, 3 orang tersangka lainnya masih belum ditemukan. Dan akhirnya kini pihak kepolisian pun mengangkat kembali kasus tersebut.

Sumber: bbc.com

[post-views]
Selaras