Jakarta, mu4.co.id – Chegg, sebuah lembaga sumber informasi serta bimbingan belajar (bimbel) online bagi pelajar di Amerika Serikat (AS) selama bertahun-tahun kini harus gulung tikar karena “kalah saing” dengan ChatGPT, karena kehilangan sejumlah pelanggannya.
Banyak pelajar yang kerap memanfaatkan Chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) generatif macam ChatGPT tersebut untuk membantu mereka memahami materi hingga memecahkan masalah ketika ada tugas dari sekolah, yang berdampak pada bisnis pendidikan, seperti bimbingan belajar (bimbel).
Karena kehilangan pelanggan, saham Chegg saat ini juga anjlok sampai 99% menjadi 1,86 dollar AS (sekitar Rp 29.315) per lembar dibanding level tertingginya pada tahun 2021 sebesar 113,51 dollar AS (sekitar Rp 1,7 juta) per lembar. Bahkan Rosensweig, CEO Chegg yang memimpin perusahaan teknologi edukasi tersebut selama satu dekade lebih juga mengundurkan diri pada Juni 2024 lalu, menyusul saham yang anjlok di bawah kepemimpinannya.
Diketahui sebelumnya, para pelanggan membayar biaya langganan sekitar 19,95 dollar AS (sekitar Rp 314.536) per bulan. Dengan harga tersebut, pelanggan akan mendapatkan jawaban dari soal tertentu serta mendapat akses konsultasi dengan para ahli.
Baca juga: Penempatan Guru PPPK Bakal Ditinjau Kembali, Ini Penjelasan Mendikdasmen!
Di sisi lain, Chegg juga menyebut sudah berupaya mengadopsi AI ke platform-nya untuk meyakinkan pelanggan dan investor. Namun, saat itu ide tersebut ditolak oleh para eksekutif Chegg. Chegg juga sempat mengesampingkan ChatGPT saat belum lama dirilis OpenAI.
Awalnya Chegg mengira ChatGPT tidak berisiko karena kecenderungan chatbot dalam memberikan jawaban yang ngawur. Akan tetapi, beberapa bulan kemudian, data internal Chegg menunjukkan bahwa siswa semakin beralih ke ChatGPT untuk mendapat bantuan belajar.
Apalagi jawaban yang diakomodir teknologi di balik ChatGPT, GPT-4, juga mendapat skor lebih tinggi dibanding jawaban dari Chegg yang diberikan langsung oleh pakar di bidangnya.
Lalu perusahaan teknologi edukasi itupun bekerja sama dengan Scale AI, menciptakan puluhan sistem AI untuk berbagai bidang studi. Situs web Chegg pun kini juga dibuat menyerupai ChatGPT, di mana tersedia kolom yang memungkinkan pengguna mengajukan pertanyaan atau permintaan.
(kompas.com)