Media Berkemajuan

15 Maret 2025, 22:25
Search

Shalat Tarawih 8 Rakaat, Dikerjakan 4-4 atau 2-2-2-2? Ini Dalilnya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Shalat tarawih
Ilustrasi Shalat Tarawih [Foto: Istockphoto]

Edisi Khusus 15 Ramadan 1446 H

Banjarmasin, mu4.co.id – Salat tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah di Bulan Ramadhan, namun dalam pelaksanaannya di tanah air ada yang mengamalkan 20 rakaat dengan dua rakaat salam-dua rakaat salam.

Kemudian yang mengamalkan 8 rakaat yang dalam praktiknya bisa ditemukan ada yang empat rakaat salam-empat rakaat salam dan ada yang dua rakaat salam dua rakaat salam. Muhammadiyah sendiri mengamalkan 4 rakaat salam, namun ada yang meragukan bahkan dianggap salah atau keliru memahami nash. Lantas benarkah itu? Berikut beberapa dalil beserta penjelasannya:

1. Hadis Nabi melihat riwayat al-Bukhari dari Aisyah ra

قَالَتْ عَائِشَةُ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرَغَ مِنْ صَلاَةِ اْلعِشَاءِ وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ اْلعَتَمَةَ إِلَى اْلفَجْرِ اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ مَا بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ. [رواه مسلم]

Artinya: “Aisyah ra berkata: Pernah Rasulullah melihat shalat pada waktu antara Isya’, dan Subuh, – yang dikenal orang dengan istilah ‘atamah”, sebanyak sebelas raka’at, yaitu dia salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan dia shalat witir satu raka’at.” [HR. Muslim]

2. Hadis Nabi melihat riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra

قَالَتْ عَائِشَةُ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ ثَلاَثََ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ وَلاَ يَجْلِسُ فِي شَيْئٍ مِنْهُنَّ إِلاَّ فِي آخِرِهِنَّ. [رواه البخاري ومسلم]

Artinya: “Aisyah ra berkata: Pernah Rasulullah melihat shalat malam tiga belas raka’at, beliau berwitir lima raka’at dan beliau tidak duduk antara raka’at-raka’at itu melainkan pada akhirnya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]

3. Hadis Nabi melihat riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra

عَنْ عَائِشَةَ حِيْنَ سُئِلَتْ عَنْ صَلاَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثاً [رواه البخاري ومسلم].

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah, ketika ia ditanya mengenai shalat Rasulullah saw di bulan Ramadhan. Aisyah menjawab: Nabi saw tidak pernah melakukan shalat sunah di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat dan jangan bertanya betapa bagus dan indahnya. Kemudian dia shalat lagi empat rakaat, dan jangan engkau bertanya betapa indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Baca juga: Bagaimana Cara Membayar Fidyah? Boleh Diecer Atau Sekaligus? Dengan Makanan atau Uang?

Penjelasan

Pada hadis no. 1, menunjukkan bahwa Nabi Saw pernah melakukan shalat malam dengan kaifiyah dua raka’at lima kali salam dan witir satu raka’at. Sementara hadis no. 2, menunjukkan bahwa Nabi saw shalat delapan rakaat, tetapi tidak disebutkan berapa kali salam. Adapun hadis no. 3, menunjukkan bahwa Nabi saw shalat malam di bulan Ramadhan delapan raka’at dengan dua kali salam, artinya tiap empat raka’at sekali salam, kemudian dilanjutkan shalat witir tiga raka’at dan salam.

Pengertian sesudah shalat empat raka’at lalu salam pada hadis no. 3 tersebut, pertama dari kata كَيْفَ (bagaimana) yang menunjukkan bahwa yang ditanya tentang kaifiyah shalat qiyamu Ramadlan disamping juga menerangkan jumlah raka’atnya. Kedua, kaifiyah itu diperoleh dari lafadz يُصَلِّي أَرْبَعًا .

Lafadz itu mengandung makna bersambung (الوصل) secara dzahir (ظاهر); Yakni menyambung empat raka’at dengan sekali salam, dan bisa mengandung makna bercerai (الفصل); yakni menceraikan atau memisahkan dua raka’at salam – dua raka’at salam. Namun makna bersambung itu yang lebih nyata dan makna bercerai jauh dari yang dimaksud (بَعِيْدٌ مِنَ اْلمُرَادِ). Demikian ditegaskan oleh Imam asy-Shan’ani dalam kitab Subulus-Salam (Juz 2:13).

Selain itu, sebagaimana diketahui hadis Aisyah itu yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim sangat kuat (rajih) dibandingkan dengan hadis-hadis lainnya tentang qiyamu Ramadhan. Jadi pernyataan tentang pendapat yang mengatakan shalat empat raka’at sekali salam itu salah dan menyalahi sunnah, pendapat itu justru menentang sunnah dan terkesan ekstrim.

Jadi, kesimpulannya berdasarkan penjelasan di atas, maka shalat tarawih empat raka’at sekali salam tidak bermasalah, baik dari sisi matan maupun sanadnya. Dalam buku Tuntunan Ramadhan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah yang diterbitkan oleh Majalah Suara Muhammadiyah, telah disebutkan bahwa jumlah raka’at shalat tarawih empat raka’at salam dan dua raka’at salam merupakan tanawu‘ dalam beribadah, sehingga keduanya dapat diamalkan, Wallahu ‘alain bish shawab.
(Fatwa Tarjih)

[post-views]
Selaras