Media Berkemajuan

27 Juli 2024, 15:07

Seperti Alun-Alun Yogyakarta, Tempat di Banjarbaru Ini Jadi Tempat Nongkrong Baru!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Suasana di pelataran Museum Lambung Mangkurat saat malam hari. [Foto: Radar Banjarmasin]

Banjarbaru, mu4.co.id – Semakin larut malam, keramaian semakin bertambah di Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru, dengan para pemuda yang memenuhi pelatarannya setiap malam.

Anak muda bersama rombongannya duduk santai pada Senin (25/3) malam di Museum Lambung Mangkurat, Jalan A Yani km 35, Banjarbaru. Mereka duduk di atas tikar plastik, sambil menikmati kopi dan makanan ringan dari foodtruck, sembari bercanda dan tertawa.

“Ke sini karena mengincar kulinernya. Sebelum Ramadan ke sini juga, cuma belum ada live music-nya jadi tidak seramai seperti malam ini,” kata Rahma, warga Liang Anggang yang nongkrong bersama teman-temannya, dikutip dari Radar Banjarmasin, Kamis (28/3).

Rahma menyatakan bahwa suasana nongkrong malam di halaman Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru terasa seperti berada di Alun-Alun Yogyakarta.

“Seru sih, karena suka yang ramai-ramai. Merasa seperti bukan di Banjarbaru, vibesnya dapat lah, duduk lesehan, ada pohonnya juga, lampu penerang, foodtruck, ditambah live music-nya,” ungkap Rahma.

M. Iqbal Agus, pengunjung lain, juga mengatakan bahwa dia dan teman-temannya sering menghabiskan waktu di halaman Museum Lambung Mangkurat.

“Dari Januari sudah sering kumpul di sini bareng teman-teman. Kalau bulan Ramadan ini, selesai tarawih baru ke sini,” ucap mahasiswa ULM Banjarbaru itu.

Iqbal memilih untuk menghabiskan waktu di halaman Museum Lambung Mangkurat daripada di Lapangan Murjani. Hal inibkarena ia merasa lebih santai meskipun sulit untuk mendapat tempat duduk.

Baca Juga: Foodcourt Wisma Antasari, Tempat Nongkrong Yang Buka Hingga Tengah Malam!

Rizky, seorang pedagang minuman, menyatakan bahwa jumlah pengunjung meningkat pada malam Ramadan setelah ibadah tarawih dibandingkan dengan hari-hari biasa.

“Karena sebelumnya baru buka, jadi masih sedikit yang tahu kalau ada tempat nongkrong di museum,” jelasnya.

Perihal lapak, Rizky mengaku para pedagang foodtruck menyewa lahan dengan pihak museum dengan tarif Rp 400 ribu per bulan.

“Makin malam, makin ramai. Apalagi belakangan ini ada live musiknya, tambah ramai. Sampai-sampai saya buka hingga jam 2 dini hari,” ucap Rizky.

Salah satu musisi, Anton, menjelaskan bahwa penyelenggaraan musik live oleh berbagai musisi bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pengunjung yang sedang berkumpul di tempat tersebut.

“Kami menyebut tempat ini Pelatar Museum. Kalau musik ini sudah jalan seminggu lalu,” tuturnya.

Anton mencatat bahwa suasana di pelataran museum ini lebih mirip dengan tempat nongkrong di Pulau Jawa, terasa seperti di alun-alun. Dia juga menilai bahwa harga makanan yang dijual melalui foodtruck sangat terjangkau.

Sumber: Radar Banjarmasin

[post-views]
Selaras