Media Berkemajuan

7 Oktober 2024, 16:23

Kian Banyak, Kini Pesawat Tujuan Jakarta-Taipei Alami Turbulensi Parah!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Keadaan Eva Air setelah turbulensi. [Foto: akun X]

Jakarta, mu4.co.id – Turbulensi guncang penerbangan Eva Air dari Jakarta menuju Taipei pada Ahad (11/8). Pesawat dengan nomor penerbangan BR238, yang merupakan tipe Boeing 777, mengalami turbulensi yang tidak biasa saat terbang pada ketinggian 37.000 kaki.

Menurut laporan Taiwan News Formosa TV, 6 awak kabin dilaporkan mengalami luka-luka. Insiden tersebut terjadi 2 jam setelah penerbangan dimulai, saat awak kabin sedang membagikan makanan kepada penumpang.

“Ini membuat hidangan dan makanan berantakan ke seluruh kabin. Salah satu (awak) mengatakan ia selamat dari menabrak langit kabin. Terima kasih ke salah satu penumpang yang memegangnya,” demikian laporan tersebut, dikutip dari CNBC, Kamis (15/8).

Baca Juga: Bertanggung Jawab, Singapore Airlines Beri Kompensasi Pada Seluruh Penumpang Korban Turbulensi. Ini Rinciannya!

Beruntungnya, penerbangan tersebut berhasil mendarat dengan selamat di Taipei sekitar pukul 9.16 malam waktu setempat dan tidak ada penumpang yang terluka.

Seseorang di akun X-nya juga menyebarkan foto terkait keadaan setelah turbulensi hebat itu. Disana terlihat banyak makanan yang berserakan akibat turbulensi yang dialami oleh Eva Air.

”Turbulensinya parah banget, alhamdulillah ga ada penumpang cidera atau luka. Tapi flight attendand ada yang luka ringan,” ungkap akun tersebut.

Sebelumnya pada bulan Juli, turbulensi hebat juga terjadi pada penerbangan Air Europa dari Madrid ke Montevideo, memaksa pesawat Boeing 787-9 Dreamliner yang membawa 525 orang tersebut mendarat darurat di Brasil. Sekitar 40 penumpang mengalami lecet dan trauma ringan.

Adapun pada 26 Mei, turbulensi pada penerbangan Qatar Airways QR017 dari Doha ke Irlandia mengakibatkan 12 orang terluka, termasuk enam penumpang dan enam awak pesawat.

Kemudian pada 21 Mei, Singapore Airlines SQ321 melakukan pendaratan darurat di Bangkok, Thailand, dengan satu orang dilaporkan tewas.

Menurut NBC International, perubahan iklim mungkin meningkatkan frekuensi turbulensi ekstrem. Sara Nelson dari Asosiasi Pramugari-CWA menyatakan bahwa turbulensi udara jernih, yang sulit dideteksi dan sangat berbahaya, telah meningkat, terutama di wilayah garis lintang tengah seperti Atlantik Utara dan rute penerbangan di AS.

(CNBC, X)

[post-views]
Selaras