Banjarmasin, mu4.co.id — Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., isi Tabligh Akbar dalam rangka menyambut Musyawarah Cabang (Musycab) Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah 9 Kota Banjarmasin, Sabtu (15/7/2023).
Tabligh Akbar digelar di Masjid Al-Mukhlisin, Jl. Mangga III, Kebun Bunga Banjarmasin. Kegiatan dimulai pukul 10.45 dan diakhiri dengan salat zuhur berjamaah.

Dalam kesempatan itu, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menyampaikan Empat Dimensi Amal Saleh yang menjadi tema dari Tabligh Akbar. “Barang siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, kemudian ia beramal dengan seluruh iman, maka Allah menghidupkan mereka dengan kehidupan yang thayyiban,” ujar Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.
Ia mengatakan, hidup orang-orang yang beramal saleh akan menjadi mulia dan terhormat kalau ia beriman dan bertakwa. “Kebahagiaan, kesuksesan, dan keberhasilan. Jika mau hidupnya mulia, ia harus beriman dan beramal saleh,” lanjutnya.
Kemudian, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menjabarkan amal saleh itu memiliki 4 dimensi. Yang pertama adalah niat saleh. “Niat yang saleh adalah (ketika) kita melaksanakan semua amal itu karena Allah. Untuk mendapat ridha Allah.”
“Karena orang bisa saja berbuat baik, tetapi kalau landasannya bukan iman, beramal karena riya, flexing, pamer, amal mereka akan sia-sia,” terangnya.
Hal tersebut menjadi dasar mengapa amal saleh harus dilandasi iman. Hidup menjadi berguna, bermakna, dan punya nilai ibadah kalau landasannya iman.

Kedua, yaitu beramal harus sesuai tuntunan Allah dan sunah Rasulullah. Tidak boleh menyalahi apa yang sudah ditetapkan Allah SWT.
Ketiga, amal soleh adalah amal yang bermaslahat. Amal nan bermanfaat bagi kita yang menjalankan dan orang lain. “Amal soleh adalah amal yang membuat orang itu terselamatkan dalam kehidupannya. Orang itu menjadi lebih baik keadaannya dari yang kita lakukan,” papar Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.
Sebaliknya jika orang itu memberi pertolongan dan malah dimanfaatkan untuk berbuat hal jahat atau menimbulkan kerusakan, maka ia tidak mendapat bagian dosa dari perbuatan buruk orang yang dibantu.
“Yang ke empat adalah amal saleh itu harus ada peningkatan, inovasi, dan perbaikannya. Karena kalau tidak ada peningkatan, maka kita akan menjadi kelompok umat yang begitu-begitu saja,” kata Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.