Media Berkemajuan

12 Desember 2024, 16:23

Nurtanio, Putra Banua Pencipta Pesawat All Metal And Fighter Pertama Indonesia

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Marsekal Muda TNI (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo [Foto: Dokumentasi tni-au.mil.id via aspek.id]

Banjarmasin, mu4.co.id — Marsekal Muda TNI (Tentara Negara Indonesia) (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo adalah pencipta pesawat all metal dan fighter pertama Indonesia. Pesawat buatannya diberi nama Sikumbang, Kunang-kunang (mesin VW), Belalang, dan Gelatik (aslinya Wilga) serta mempersiapkan produksi F-27.

Nurtanio Pringgoadisuryo merupakan perintis industri penerbangan Indonesia yang lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923. Ia dikenal sebagai pecinta buku dan majalah Vliegwereld atau Dunia Penerbangan edisi Hindia Belanda.

Ia juga terkenal sebagai si ‘gila pesawat’ dan bercita-cita keliling dunia menggunakan pesawat buatan Indonesia. Saking besar minatnya, Nurtanio Pringgoadisuryo diketahui pernah belajar ilmu Teknik Penerbangan di FEATI (Far Eastern Aero Technical Intitute) Manila, Filipina.

Pesawat Sikumbang Nu-200 [Foto: Rendy Nugroho via militermeter.com]

Pada tahun 1947, Nurtanio Pringgoadisuryo membuat pesawat layang bersama Wiweko Soepono yang merupakan sesama pecinta Aeromodelling. Pesawat itu diberi nama Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider).

Selang 6 tahun kemudian, tepatnya 1953, Nurtanio Pringgoadisuryo menciptakan pesawat all metal dan fighter pertama di Indonesia, yaitu Sikumbang dengan kode Nu-200. Prototipe pertama diberi nomor registrasi X-01.

Nu-200 dirancang menjadi pesawat intai bersenjata yang bisa dioperasikan dari lapangan terbang tanah atau rumput. Lambat laun, Sikumbang pun digunakan sebagai pesawat antigerilya (Counter Insurgency – COIN).

Pesawat N219 Nurtanio [Foto: ANTARA FOTO/Rosa Panggabean]

‘Nurtanio’ merupakan nama pesawat N219 yang merupakan hasil pengembangan riset PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN). Nama tersebut diberikan secara khusus sebagai penghargaan kepada Nurtanio oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau N219 di Landasan Halim Perdanakusuma, Jakarta, (10/11/2017).

Dilansir dari id.wikipedia.org, TNI AU (Angkatan Udara) juga memberikan anugerah kepada Presiden Republik Indonesia ke-3 BJ Habibie dan mendiang Marsekal Muda TNI (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo sebagai Bapak Dirgantara Indonesia di Acara Resepsi HUT TNI AU ke-73 di Halim Perdanakusuma, Selasa, (9/4/2019).

Pemberian anugerah tersebut diberikan langsung oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kepada BJ Habibie dan perwakilan keluarga Nurtanio.

Nurtanio gugur dalam kecelakaan pesawat terbang Aero 45 atau Arev (Api Revolusi) pada 21 Maret 1966. Pesawat tersebut awalnya buatan Cekoslowakia, kemudian dimodifikasi tambahan tangki bahan bakar ekstra.

Kecelakaan penerbangan itu disebabkan oleh kerusakan mesin. Pesawat Arev yang berusaha dikendalikan Nurtanio gagal mendarat darurat di lapangan Tegallega, Bandung, hingga berakhir menabrak toko.

Sumber: bangka.tribunnews.com dan id.wikipedia.org

[post-views]
Selaras