Media Berkemajuan

14 April 2025, 07:21
Search

Indonesia Berisiko Alami Resesi, Dampak Tarif Impor Naik 32%. Begini Tanggapan Prabowo!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Presiden Prabowo
Indonesia Berisiko Alami Resesi, Dampak Tarif Impor Naik 32% [Foto: Instagram Pribadi Presiden Prabowo Subianto]

Jakarta, mu4.co.id – Keputusan Presiden AS, Donald Trump memberlakukan tarif 32% pada produk asal Indonesia mulai Rabu 3 April 2025, diperkirakan memberikan dampak cukup besar terhadap ekspor Indonesia.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyebut hal tersebut dapat memicu resesi pada kuartal IV 2025, serta mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor global.

Terkait hal tersebut, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan Indonesia akan berunding dengan semua negara, termasuk Amerika Serikat. Pihaknya akan menyampaikan bahwa Indonesia ingin hubungan yang baik, adil dan setara. Menurutnya, jika permintaan Trump masuk akal, pemerintah akan menghormatinya. Sebab ia menilai setiap pemimpin negara pasti memikirkan nasib rakyatnya, begitu juga ia sebagai Presiden Indonesia.

“Respirokal, jadi apa yang mereka minta kalau masuk akal wajib juga kita hormati. Pemimpin pemimpin Amerika memikirkan kepentingan rakyat Amerika, kita memikirkan kepentingan rakyat kita,” ucap Prabowo, Senin (07/04/2025).

Baca juga: Harga Minyak Dunia Jatuh Hingga 6%, Terburuk 3 Tahun Terakhir!

Selain itu, Presiden Prabowo juga telah menyiapkan beberapa langkah strategis untuk menghadapi tantangan tersebut diantaranya yaitu:

1. Memperluas Mitra Dagang dengan Bergabung ke BRICS.
Prabowo telah membawa Indonesia menjadi anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), dalam r5 memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan internasional dan membuka peluang ekspor ke pasar non-tradisional. Berbagai perjanjian dagang multilateral yang melibatkan BRICS diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar AS.

2. Percepatan Hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA).
Prabowo mempercepat hilirisasi sektor pertambangan agar Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga produk bernilai tambah. Dengan hilirisasi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah ke AS dan meningkatkan daya saing di pasar global.

3. Peluncuran BPI Danantara untuk Hilirisasi SDA.
Prabowo meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk mempercepat hilirisasi sektor strategis seperti mineral, batu bara, minyak bumi, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan. Danantara sendiri bertujuan untuk mendanai proyek hilirisasi sehingga industri dalam negeri dapat lebih mandiri dan berdaya saing tinggi.

Selain strategi perdagangan internasional, Prabowo juga fokus pada penguatan konsumsi dalam negeri untuk menjaga stabilitas ekonomi. Salah satu langkah utamanya yaitu Program Makan Bergizi Gratis (MBG), untuk meningkatkan daya beli masyarakat sehingga industri dalam negeri dapat tetap bertahan meskipun ada tekanan dari kebijakan tarif AS.

Kemudian juga pendirian 80.000 Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), yang bertujuan untuk memperkuat ekonomi desa, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan perputaran uang di daerah.

Dengan begitu, Prabowo berupaya menjadikan Indonesia lebih tahan terhadap guncangan eksternal, termasuk dari kebijakan proteksionisme AS.
(strategi.id, cnbcindonesia.com)

[post-views]
Selaras