Jakarta, mu4.co.id – Sebagai negara maritim dengan luas laut mencapai 5,8 juta kmĀ², air laut Indonesia kini menjadi komoditas ekspor yang menarik perhatian dunia, serta memiliki nilai ekonomi tinggi.
Air laut Indonesia yang kaya akan mineral alami seperti magnesium dan natrium, menjadikannya bahan baku bernilai tinggi untuk berbagai industri, diantaranya berperan penting dalam mendukung budidaya ikan dan biota laut, bermanfaat untuk berbagai perawatan kulit dan terapi kesehatan, hingga menjadi bahan utama dalam pengolahan garam.
Berdasarkan data ekspor dengan kode HS 25010050, Indonesia secara aktif mengekspor air laut ke lima negara utama, diantaranya negara-negara seperti Korea Selatan, Rusia, Malaysia, Vietnam, dan Singapura.
Baca juga: Keindahan Terumbu Karang Yang Memukau, Indonesia Jadi Destinasi Selam Paling Diminati di Asia!
Malaysia menjadi importir terbesar, yang menyerap 21,6 ton air laut Indonesia sepanjang 2023 dengan nilai US$19.038. Kedekatan geografis dan kebutuhan industri akuakultur serta produksi garam menjadi faktor utama tingginya permintaan.
Posisi kedua yaitu Rusia dengan impor 1,8 ton senilai US$5.317. Meski terkenal dengan perairan dingin, Rusia justru mendatangkan air laut Indonesia untuk kebutuhan akuarium, riset bioteknologi, hingga kosmetik berbasis bahan alami.
Kemudian, Korea Selatan juga menunjukkan minat tinggi dengan volume impor 2,75 ton senilai US$2.272. Negara ini banyak memanfaatkan air laut Indonesia untuk spa dan kosmetik premium.
Lalu, Vietnam mengimpor 1,6 ton air laut dengan nilai US$4.560, terutama untuk produksi garam premium. Terakhir Singapura, meskipun hanya mengimpor 171 kg dengan nilai US$564, memanfaatkan air laut ini untuk riset kelautan dan kebutuhan spesifik akuarium.
Meskipun demikian, di sisi lain ekspor air laut menghadapi beberapa tantangan signifikan. Dari sisi logistik dan transportasi, sifat air laut yang berat dan korosif mengharuskan penggunaan wadah khusus yang tahan karat serta sistem penyimpanan yang dapat menjaga stabilitas kandungan mineral selama pengiriman, serta regulasi lingkungan di beberapa negara tujuan cukup ketat, mengharuskan sumber air laut diambil secara berkelanjutan tanpa merusak ekosistem.
Oleh karena itu, Indonesia perlu fokus pada inovasi seperti mikrofiltrasi untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga, dan kolaborasi dengan negara tujuan untuk riset dan pengembangan produk berbasis air laut bisa menjadi nilai tambah.
Dengan begitu, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin di pasar ekspor air laut dunia, dan komoditas ini bisa menjadi salah satu sumber devisa baru bagi Indonesia.
(cnbcindonesia.com)