Jepang, mu4.co.id – Korban jiwa akibat gempa dan tsunami di Semenanjung Noto di dekat Prefektur Ishikawa, Jepang bertambah menjadi 30 orang, dan kini pasukan pertahanan Jepang sedang berupaya melakukan pencarian dan penyelamatan di wilayah yang terdampak gempa tersebut.
Sekretaris kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan rumah yang roboh akibat gempa. Ia menegaskan, pihak berwenang masih mengumpulkan informasi mengenai kerusakan tersebut.
Berdasarkan kantor berita nasional NHK, gempa 7,6 magnitudo itu memicu gelombang tsunami di pesisir utara dan tengah Jepang di beberapa tempat yang diperkirakan bisa mencapai 5 meter. Dan sejauh ini, gelombang setinggi 1,2 meter telah menerjang pelabuhan Wajiima di Prefektur Ishikawa pada Senin (01/01/2024) pukul 16.21 waktu setempat.
Baca juga: Hari Pertama 2024, Gempa 7,6 SR Disertai Tsunami Guncang Jepang!
Diketahui sebanyak 1.000 anggota pasukan pertahanan Jepang kini sedang berupaya menjangkau Semenanjung Noto yang terisolasi akibat gempa melalui jalur laut. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, “Pasukan pertahanan akan menghadapi banyak kendala untuk mencapai area terdampak bencana karena ruas jalan rusak, tapi orang-orang yang terjebak di bawah bangunan harus diselamatkan sesegera mungkin sebelum bangunan roboh,” Selasa (02/01/2024).
Warga Jepang di Kota Nanao Nobuko Sugimori menyebutkan bahwa ia belum pernah merasakan gempa dengan kekuatan sebesar ini sepanjang hidupnya. Ia mengatakan, “Saya berusaha memegangi televisi supaya tidak terjatuh, tapi saya bahkan tidak bisa mempertahankan diri saya yang berayun kuat.”
Sampai hari ini, Selasa (02/01/2024), diketahui tidak ada lagi peringatan tsunami, dan statusnya diturunkan menjadi “imbauan”. Namun ribuan orang yang tinggal di wilayah pesisir memilih bermalam di pusat evakuasi setelah diminta mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Dan 18 Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Kota Suzu, Prefektur Ishikawa terpaksa bermalam di luar ruangan di atas bukit setelah gempa besar tersebut.
Salah satu dari 18 WNI yang bekerja di kapal perikanan dan tinggal di asrama yang terletak di tepi pantai, Rizal Sokobiki menyebut bahwa terdapat peringatan tsunami, jadi semua lari ke atas bukit.
Rizal mengatakan, “Jaraknya dari laut itu dekat sekali, cuma 200 meter keliatan laut dari asrama menuju bukit. Karena ada peringatan tsunami jadi lari semua ke atas bukit.”
Selanjutnya, berdasarkan Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Meinarti Fauzie mencatat terdapat 1.315 WNI yang menetap di Prefektur Ishikawa.
Selain itu, Gempa tersebut juga menyebabkan putusnya hubungan listrik dan berdampak pada sekitar 35.000 rumah tangga di ketiga prefektur.
Sumber: bbc.com