Jakarta, mu4.co.id – Indonesia berencana memiliki bank emas atau bullion bank. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengusulkan agar pengelolaannya dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), dengan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Saya kira ini awal mula beberapa bank akan menjadi bullion bank. Saya mengusulkan kepada OJK, minimal BRI yang merupakan holding Pegadaian, juga Bank Syariah Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah sebagai bullion bank di Indonesia,” ucap Airlangga dikutip dari detik finance, Selasa (10/12).
Indonesia perlu memiliki bank emas karena PT Freeport Indonesia ditargetkan memproduksi 60 ton emas per tahun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Hal ini menjadi kemajuan besar setelah sejak 1967 hanya mengekspor 30 juta ton tembaga ke Spanyol dan Jepang untuk diolah menjadi emas batangan.
Baca Juga: Lebih dari 1.000 Ton Emas Ditemukan di China Senilai Rp1.320 Triliun
“Anda bisa bayangkan dari 1967 sampai 2024, dari Freeport, kita menghasilkan emas mendekati nol. Jadi produksi tembaga bisa menghasilkan 30 ton, 30 ton itu dibagi antara Spanyol dan Jepang. Jadi kali ini untuk pertama kalinya di Gresik bisa diproduksi emas sebanyak 60 ton,” ujarnya.
Dengan produksi emas 60 ton per tahun dan stok emas PT Pegadaian mencapai 70 ton, Indonesia dinilai layak memiliki bullion bank yang juga bermanfaat bagi industri perhiasan.
“Jadi, Indonesia melalui OJK sedang mengembangkan apa yang kita sebut bullion bank, bank yang bisa menilai stok emas. Dulu, stok emas itu kita hanya taruh di gudang dan kita hanya mencatat tonasenya saja, tidak nilainya. Bank-bank lain, termasuk di Singapura, banyak bank yang memasukkan emasnya ke neraca,” tutur Airlangga.
Baca Juga: Harga Emas Terpantau Menurun, Segini Harganya!
“Itu sebabnya dulu, biasanya industri perhiasan hanya mendapatkan biaya produksi, CMT, tolling, emasnya di Singapura. Mereka tolling di Surabaya dan mengirimnya kembali ke Singapura. Jadi kita tidak mendapatkan nilai penuh dari emas yang dihasilkan di industri manufaktur Indonesia,” lanjutnya.
Selain itu, emas dikenal sebagai investasi yang aman atau safe haven saat terjadi krisis. Oleh karena itu, Indonesia dianggap perlu mengelola aset emasnya secara mandiri melalui bullion bank.
“Kita tahu bahwa emas merupakan bagian dari investasi safe haven di saat krisis. Dalam lima tahun terakhir ini, kita mengalami begitu banyak krisis. Saya kira tidak bijaksana jika kita tidak memanfaatkan kekuatan kita sendiri,” ucap Airlangga.
(detik finance)