Banjarmasin, mu4.co.id – Dugaan meriam kuno yang terkubur di Langgar Al Hinduan di Kelurahan Gedang Kecamatan Banjarmasin Tengah akhirnya menemukan titik terang. Pemerintah Kota Banjarmasin bersama Tim Ahli Cagar Budaya pada Jumat (18/8/2023) berhasil mengangkat benda di bawah bangunan Langgar Al Hinduan.
Menurut peneliti dari Tim Ahli Cagar Budaya Banjarmasin, Mansyur dan peneliti Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya Kalimantan, Syahreza pada Ahad (20/8/2023), benda yang terkubur itu bukanlah meriam kuno melainkan ketel uap.
Mansyur mengatakan jika itu diduga kuat berdasarkan kesimpulan sementara, temuan di lokasi langgar Al Hinduan adalah ketel uap.
Baca juga: Walikota Banjarmasin Minta Pemugaran Meriam Kuno di Langgar Al Hinduan Berhati-hati
Ketel uap ini dengan model Cochran Boiler, produksi sekitar tahun 1885 untuk small river steamer yakni kapal uap kecil yang melayari sungai berjenis boiler pipa air alias water steam dengan bahan bakar batubara.
Lantas apakah penemuan ketel uap ini berhubungan dengan temuan bangkai kapal yang ada di kawasan Sungai Martapura yang berdekatan dengan Menara Pandang di Jalan Pierre Tendean pada 1997 lalu?
Mansyur mengungkapkan, mungkin ada hubungannya dengan hasil yang diteliti arkeologi dulu di tahun 1997.
Hanya saja, jelas Mansyur, dalam kesimpulan arkeolog menyebutkan jika kapal tersebut merupakan kapal tarik tidak bermesin.
Kapal yang ditemukan tersebut ditarik dengan kapal lain yang bermotor seperti tugboad.
“Ini berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan situs arkeologi bawah air di Kalimantan pada 2019 lalu,” katanya.
Dengan hasil ini pihaknya akan terus meneliti terkait hal tersebut.
Benda kuno di bawah Langgar Al Hinduan ini diangkat menggunakan alat berat. Saat diperlihatkan kepada Tim Cagar Budaya Kota Banjarmasin serta pemadam kebakaran ternyata bentuknya bukanlah meriam seperti yang ditemukan di Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin pada 2016 silam.
Proses pengangkatan benda tersebut memakan waktu berjam-jam. Bahkan jalan Pierre Tendean, Banjarmasin terpaksa harus ditutup sementara karena pengangkatan benda tersebut.
Benda tersebut diangkat pada pagi hingga siang hari dan ketika itu terlihat corong yang awalnya diduga corong meriam.
Melihat benda tersebut Mansyur menduga, jika benda yang diduga meriam itu paling memungkinkan yakni sambungan saluran air peninggalan Kolonial Belanda.
Mansyur menjelaskan jika Jalan Pierre Tendean merupakan lokasi yang dikelilingi oleh Kampung Amerong atau Kampung Belanda, termasuk juga Kantor Residen lokasinya yang kini menjadi eks Kantor Gubernur Kalimantan Selatan di Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin.
Tak hanya itu, Jalan Pierre Tendean juga berdekatan dengan Sungai Mesa yang memiliki dua gedung besar yakni Istana Sultan Adam dan Balai Kaca.
Ia menyebut dalam Sejarah, Istana Sultan Adam diletakan di sana karena Pemerintah Kolonial Belanda ingin mengawasi aktivitas Sultan Adam.
Ia memperkirakan jika benda tersebut merupakan sambungan saluran air.
Mansyur juga menjelaskan jika lokasi Jalan Ulin sekarang berubah nama menjadi Jalan A Yani. Pada tahun 1930-an, di Jalan A Yani sudah dibangun sambungan water ledeng.
Baca juga: Penemuan Anak Panah Berbahan Meteorit, Jadi Bukti Perdagangan Kuno
Ia mengakui jika program water ledeng belum sempat diresmikan pada masa itu.
Sementara dugaan keterkaitan dengan kapal uap, ia menyebut kemungkinan tersebut sangat kecil. Mengingat, di Sungai Tatas dan di Sungai Martapura di sepanjang kawasan Benteng Tatas dan Kampung Amerong tidak ditemukan dok kapal.
“Itu masih sumir bagi kami. Sebab di Banjarmasin yang memiliki dok kapal hanya di Kawasan Kuin dan Sungai Jingah,” jelasnya.
Mansyur menyebut kemungkinan jika benda tersebut juga merupakan dudukan meriam lebih memungkinkan dibandingkan dengan bagian dari kapal uap.
Sumber: Banjarmasin Post