Media Utama Terpercaya

2 Juni 2025, 00:41
Search

Profil Nia, Engineer Asal Indonesia Pembuat Satria Satelit-1

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Adipratnia Satwika Asmady atau yang akrab dipanggil Nia ini menjadi wanita dibalik kesuksesan satelit Satria-1 [dok: Ilyas]

Florida, mu4.co.id – Masih ingat dengan Satelit Satria-1 milik Indonesia dengan kapasitas terbesar di Asia dan nomor lima di dunia?

Satria-1 atau yang memiliki kepanjangan Satelit Republik Indonesia ini menjadi titik sejarah Indonesia di dunia telekomunikasi.

Menariknya, engineer Satelit Satria-1 ini merupakan seorang wanita. Dia adalah Adipratnia Satwika Asmady atau kerap dipanggil Nia.

Baca Juga: Jadi Satelit Terbesar di Asia, Inilah Satelit Satria-1 Milik Indonesia

Nia mendapatkan kepercayaan dari PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN) untuk menggarap proyek Satria-1, mulai dari segi perancangan, pembuatan, hingga pengoperasian nantinya.

Selama menjadi Project Manager Satria-1, Nia sering bolak-balik Indonesia-Prancis hal ini dikarenakan Satria-1 diproduksi oleh perusahaan asal Prancis, Thales Alenia Space (TAS). Satelit ini diproduksi sejak 2020 sebelum selesai produksi dan dikirim ke Florida, AS pada Juni 2023.

“Jadi saat awal produksi Satria-1, saya tinggal di Prancis kurang lebih satu tahun, setelah pandemi Covid-19 yaitu Juni 2022 hingga Mei 2023, ” kata Nia dilansir dari Liputan6.com pada Sabtu (24/6/2023).

Nia merupakan wanita kelahiran Jakarta 24 Agustus 1993, ia merupakan anak kedua dari pasangan Asmady Parman dan Adiyatwati Adiwoso. 

Nia menyelesaikan S1 dan S2 di Aerospace Engineering California Polytechnic State University.

Sementara itu, PSN merupakan tempat Nia berkarir untuk pertama kalinya di dunia kerja. Ia masuk pada 2017 dan langsung terlibat dalam projek satelit yang dinaungi PSN. Pada 2019 ia juga terlibat dalam pengerjaan satelit Nusantara-1 (N-1). Hanya saja, kendala financial proyek membuat Nia dipindahkan untuk membuat Satria-1.

Selama menggarap proyek Satria-1 Nia menceritakan lika-liku yang dihadapinya. Bekerja di lingkungan yang mayoritas laki-laki, menjadikan dirinya harus bekerja keras dalam beradaptasi.

“Jadi banyak laki-laki memang kita harus menyesuaikan dengan cara kerja dan sosialisasi dengan semuanya. Saya lebih menjadikan mereka tempat belajar,” tegas Nia.

Memiliki pengalaman yang luar biasa selama mengemban ilmu di Negara Paman Sam tidak membuat Niat malu untuk kembali ke Indonesia. 

Rasa nasionalisme Nia yang menjadi alasan kuat untuk kembali ke Indonesia dan terlibat dalam pembuatan satelit di Indonesia.

“Satelit ini adalah proyek untuk NKRI. Tidak banyak orang tahu siapa yang membuat satelit. Yang mereka tahu adalah layanan yang sudah beroperasi. Dan saya juga ingin PSN menjadi contoh jika Indonesia ternyata bisa,” tegasnya.

Yang lebih membanggakan lagi, dalam Proyek Satria-1 ini, Di usianya yang masih 29 tahun, Nia menjadi wanita Indonesia pertama kalinya yang menjadi Customer Launch Director di SpaceX. Customer Launch Director merupakan pihak yang menentukan roket SapceX Falcon 9 ini mengangkasa atau tidak.

Tak hanya itu, Nia juga membagikan tips kepada para generasi muda Indonesia yang ingin sukses di dunia kerja. Pertama, Nia ingin pemuda Indonesia tidak cepat puas. Karena menurutnya banyak anak muda saat ini terjebak dalam zona nyaman.

“Jadi kita harus terbiasa dengan chalange, dengan begitu akan membawa kita lebih berkembang,” ucapnya.

Kedua, jika generasi muda sudah memutuskan untuk berkarir di satu bidang, meskipun itu bukan yang diinginkan, Nia minta keputusan tersebut harus ditekuni.

“Seperti saya, nyemplung di dunia satelit, jadi kita harus terus belajar dan memberikan yang terbaik,” pungkasnya.

Berbagai prinsip dan ketekunan inilah yang kini menjadikan Nia sebagai salah satu putri kebanggan Indonesia dalam dunia satelit. 

Sumber: Liputan6.com

[post-views]
Selaras