Bandung, mu4.co.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) akan segera meluncurkan inovasi terbaru di bidang astronomi dengan membangun teleskop baru di Observatorium Bosscha.
Teleskop ini, yang dinamakan Teleskop Radio Very Long Baseline Interferometry (VLBI) Global Observing System atau VGOS, merupakan alat canggih berstandar internasional dan akan menjadi pencapaian baru dalam astronomi di tingkat nasional. Berkolaborasi dengan Shanghai Astronomical Observatory-Chinese Academy of Sciences (SHAO-CAS), VGOS ini akan menjadi teleskop VLBI pertama yang ada di Indonesia.
Prof. Dr. Taufiq Hidayat DEA, Kepala Biro Kemitraan ITB, menjelaskan bahwa VGOS akan terhubung dengan banyak teleskop radio lain di seluruh dunia melalui jaringan yang sama. Keberadaan teleskop ini di daerah ekuator, khususnya di Indonesia, masih tergolong jarang.
“Sejauh ini, VLBI masih terpusat di belahan bumi bagian utara. Adapun di daerah ekuator masih jarang dan di beberapa negara sekitar masih dalam tahap pembangunan,” demikian dalam laman resmi ITB, dikutip pada Selasa (30/7).
Baca Juga: Gegara Lampu Sorot Hiburan, Observatorium Bosscha Terganggu!
Keberadaan teleskop radio di daerah ekuator sangat penting, karena saat ini hanya ada satu stasiun teleskop radio di sekitar ekuator, yaitu di Brasil. Posisi Indonesia diharapkan dapat mengisi kekurangan tersebut untuk regional AOV (Asia-Oceania VLBI Group for Geodesy and Astrometry), yang merupakan subgrup dari IVS (International VLBI Service for Astrometry and Geodesy).
Dengan adanya teleskop radio VGOS, Indonesia akan memainkan peran penting dalam menghubungkan baseline antara belahan bumi utara dan selatan. Ini juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk berkontribusi dalam jaringan teleskop radio internasional dan membuka peluang untuk kolaborasi multidisiplin di masa depan.
VGOS adalah jaringan teleskop radio global yang beroperasi secara sinkron untuk mengamati sumber radio kosmik dengan tingkat presisi tinggi. Dengan menggabungkan data dari berbagai teleskop di seluruh dunia, VGOS memungkinkan pengukuran presisi dari jarak antara teleskop yang berbeda.
Baca Juga: Mahasiswa ITB Sukses Desain Pesawat Listrik Hasil Kolaborasi!
Salah satu aplikasi dari teknologi ini adalah untuk mengukur pergerakan benua, memungkinkan pemantauan kecepatan pergerakan dan perubahan jarak benua dengan akurasi tinggi.
“Dengan demikian, kita dapat menentukan apakah sebuah wilayah memiliki potensi yang berbahaya atau tidak,” ucap Prof. Dr. Taufiq Hidayat DEA
Selain dapat mengukur pegerakan titik-titik di permukaan bumi yang bergerak, teleskop ini juga dapat digunakan untuk membuat kerangka acuan dengan sangat akurat, standar waktu yang presisi, dan memantau potensi dari perubahan iklim.
Dengan demikian, pembangunan teleskop radio VGOS di Observatorium Bosscha merupakan investasi jangka panjang bagi Indonesia dalam berbagai bidang. Teleskop ini akan menjadi aset berharga bagi dunia pendidikan, penelitian, dan inovasi, serta memperkuat posisi Indonesia di peta astronomi global.
(detik edu, web ITB)