Suriah, mu4.co.id – Peperangan antara Israel dan negara-negara Timur Tengah semakin meluas dengan Israel yang menyerang pangkalan udara Khmeimim yang dioperasikan oleh Rusia pada Kamis pagi, 3 Oktober 2024.
Menurut Sekretaris Editorial situs TV Suriah, Abdullah Almousa, serangan udara Israel diduga menargetkan gudang di dalam pangkalan tersebut yang terletak di kota Latakia, Hmeimim.
Diduga alasan serangan ini berkaitan dengan kedatangan pesawat kargo Iran dari Qashim Fars Airlines.
“Pengeboman Israel menargetkan situs militer lainnya di Kegubernuran Latakia, bertepatan dengan serangan terhadap gudang di dalam pangkalan Hmeimim. Israel mengebom pangkalan itu satu jam setelah kedatangan pesawat Iran milik Qassem Fars Airlines,” tulis Almousa pada akun X-nya, dikutip pada Jum’at (4/10).
Almouse mengungkap serangan terjadi selama satu jam yaitu sekitar pukul 3:55 pagi dan berakhir pada 4:41 pagi.
“Pengeboman Israel dimulai pada 3:55 dan berakhir pada 4:41, dengan tiga puluh rudal dari kapal perang angkatan laut. Tim pemadam kebakaran berusaha memadamkan api akibat pemboman gudang di dalam pangkalan Hmeimim Rusia,” tulisnya lagi.
Almousa mengungkapkan bahwa sebuah pesawat Iran mendarat dua hari sebelum serangan, diduga membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Lebanon di Suriah.
Pesawat kedua mendarat sehari setelahnya tanpa pengumuman resmi, yang memicu kecurigaan Israel bahwa pesawat tersebut mungkin mengangkut senjata.
Sebelumnya, Rusia telah mengirimkan pesan mendesak kepada Israel untuk meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menarik pasukan dari Lebanon. Rusia memperingatkan bahwa ketidaktaatan terhadap permintaan tersebut dapat memicu konflik kekerasan lebih lanjut di Timur Tengah.
“Rusia mengutuk keras serangan terhadap Lebanon dan menyerukan kepada otoritas Israel untuk segera menghentikan permusuhan, menarik pasukan mereka dari wilayah Lebanon dan terlibat dalam pencarian nyata untuk cara-cara damai guna menyelesaikan konflik Timur Tengah,” tulis kementerian luar negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
Rusia juga dilaporkan telah mengirimkan 33 ton bantuan kemanusiaan untuk Lebanon atas arahan Presiden Vladimir Putin dan Menteri Situasi Darurat Alexander Kurenkov.
(VIVA, X, CNBC, Antara)