Jakarta, mu4.co.id – Pengusaha sawit dalam negeri berencana memperbarui teknologi pengolahan crude palm oil (CPO) guna menekan emisi karbon dan menjaga kualitas nutrisi sawit.
Menurut Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga, langkah ini perlu dilakukan karena teknologi lama dinilai sudah usang dan kurang optimal dalam menjaga kualitas serta efisiensi proses produksi.
“Perubahan teknologi pengolahan minyak sawit sudah mulai ketinggalan zaman, dan dilakukan untuk mengurangi emisi karbon yang cukup tinggi, menjaga nutrisi sawit itu sendiri, dan meningkatkan kualitasnya,” ujar Sahat dikutip dari CNBC, Sabtu (17/5).
DMSI saat ini sedang menjajaki kerja sama dengan Agro Investama Group untuk pembaruan teknologi pengolahan sawit. DMSI juga telah berdiskusi dengan Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya terkait inovasi teknologi di sektor sawit.
China menunjukkan minat berinvestasi sekitar US\$9 miliar (Rp148,59 triliun) dalam bentuk mesin, dengan syarat dapat membeli 35% emisi karbon dan hasil produksi sawit model baru bernutrisi tinggi. Saat ini DMSI dan China tengah dalam proses penjajakan.
Investasi itu direncanakan berlangsung selama tujuh tahun mulai 2026, dengan fokus pada pembangunan mesin pengolah tandan buah segar (TBS).
Sahat berharap petani bisa meraih manfaat lebih, termasuk dari penjualan emisi karbon. Ia juga menekankan bahwa peningkatan teknologi diharapkan mampu mengangkat citra dan kualitas sawit Indonesia di mata dunia.
“Kami berharap dengan adanya perubahan teknologi ini, kualitas sawit kita nantinya bukan lagi menjadi loyang, tetapi menjadi emas,” ujarnya.
(CNBC)