Media Berkemajuan

4 Desember 2024, 15:57

21 Rumah Sakit di Gaza Kolaps, Sebagian Jadi Tempat Pengungsian

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
21 Rumah Sakit di Gaza kolaps. [Foto: voaindonesia.com]

Gaza, mu4.co.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kondisi terbaru rumah sakit di Gaza. Berdasarkan laporan pada 27 Desember 2023, hanya ada 13 rumah sakit yang berfungsi sebagian, sementara 21 rumah sakit lain tidak berfungsi sama sekali atau kolaps.

Di antaranya ada Nasser Medical Complex, yang merupakan rumah sakit rujukan terpenting di Gaza Selatan, dan sudah berfungsi sebagian. Laporan terbaru mengenai perintah evakuasi di daerah pemukiman di sekitar rumah sakit sangatlah memprihatinkan.

Baca juga: Truk Bantuan Kemanusiaan Gaza Ditembaki Tentara Israel

WHO juga mengerahkan bantuan khususnya di dua rumah sakit dengan fungsi minimal, yakni Al Shifa dan Al Amal.

Kedua rumah sakit itu juga difungsikan sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi yang mencari keamanan. Di rumah sakit Al Shifa dilaporkan ada 50.000 orang yang mengungsi, sedangkan di Al Amal ada 14.000 orang.

 “Hari ini saya mengulangi seruan saya kepada komunitas internasional untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna meringankan bahaya besar yang dihadapi penduduk Gaza dan membahayakan kemampuan pekerja kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang mengalami luka parah, kelaparan akut, dan risiko penyakit yang parah,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari pernyataan resminya, Jumat (29/12/2023).

Di RS Al Amal, tim WHO melihat dampak dari serangan Israel yang baru-baru ini melumpuhkan menara radio rumah sakit dan merusak sistem pengiriman ambulans pusat di seluruh wilayah Khan Younis.

Dari 9 ambulans yang pernah dimiliki rumah sakit, hanya 5 yang masih berfungsi.

Yang lebih menyedihkan lagi, Staf WHO melaporkan bahwa mereka merasa mustahil untuk berjalan di lorong rumah sakit tanpa melangkahi pasien dan mereka yang mencari perlindungan.

Bahkan hanya beberapa toilet yang berfungsi dan tersedia di rumah sakit dan bangunan masyarakat di sekitarnya serta pusat pelatihan PRCS untuk orang-orang yang mengungsi di sana, staf dan pasien rumah sakit.

Ketika transit di Gaza, staf WHO menyaksikan puluhan ribu orang yang melarikan diri dari serangan besar-besaran di Khan Younis dan Wilayah Tengah, dengan berjalan kaki, menaiki keledai, atau naik mobil. Tempat perlindungan sementara sedang dibangun di sepanjang jalan.

“WHO sangat khawatir bahwa perpindahan penduduk baru-baru ini akan semakin membebani fasilitas kesehatan di wilayah selatan, yang sudah kesulitan memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat besar,” kata Dr Rik Peeperkorn, Perwakilan WHO di kantor WHO untuk Tepi Barat dan Gaza. 

“Perpindahan massa yang dipaksakan ini juga akan menyebabkan kepadatan penduduk, peningkatan risiko penyakit menular, dan semakin sulitnya penyaluran bantuan kemanusiaan.”

Baca juga: 80 Jenazah Warga Palestina Dikembalikan Ada Dugaan Organ Tubuh Dicuri

Kemampuan WHO untuk memasok obat-obatan, perlengkapan medis, dan bahan bakar ke rumah sakit semakin terhambat oleh kelaparan dan keputusasaan masyarakat dalam perjalanan menuju, dan di dalam, rumah sakit yang WHO jangkau.

“Keselamatan staf kami dan kelangsungan operasi bergantung pada lebih banyak makanan yang tiba di seluruh Gaza, dalam waktu dekat. Rekan-rekan saya juga terkena dampak langsung dan pribadi dari konflik ini, sama seperti semua orang di Gaza. Saya terus menerima berita menyedihkan tentang hilangnya anggota keluarga staf kami di Gaza,” terang Tedros.

Sumber: detikhealth

[post-views]
Selaras