Media Berkemajuan

14 November 2024, 21:42

Warga Tolak Penyebaran Nyamuk Bionik Wolbachia di Indonesia, Mengapa?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Ilustrasi Nyamuk Bionik Wolbachia [Foto: diksimerdeka.com]

Jakarta, mu4.co.id – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, memulai program pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menerapkan inovasi teknologi wolbachia di Kota Kupang, NTT yang bertujuan untuk menonaktifkan virus dengue pada nyamuk Aedes Aegypti, sehingga dapat mencegah kasus penularan DBD.

Program tersebut berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Dalam program tersebut, bakteri Wolbachia dimasukkan ke dalam telur nyamuk aedes aegypti untuk mencegah penularan virus dengue. Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

Pemanfaatan teknologi Wolbachia tersebut diketahui juga telah dilaksanakan di 9 negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan Dengue, diantaranya yaitu, Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Namun demikian, program tersebut memunculkan kekhawatiran baru bagi masyarakat, dan mendapat penolakan keras dari banyak pihak, karena dianggap dapat membahayakan kesehatan individu, keamanan, dan pertahanan bangsa.

Baca juga: Terapkan Gaya Hidup Sehat, Kemenkes Rencanakan Cek Kesehatan Berkala Bisa di Posyandu

Menanggapi hal tersebut maka digelarlah konferensi pers di Hotel Grandhika, Jakarta Selatan, yang dihadiri oleh para pembicara, DR dr Siti Fadilah Supari, Komjen Dharma Pongrekun, Mirah Sumirat (Presiden ASPEK Indonesia), dan Dr Kun Wardana Abyoto, pada Ahad (12/11/2023).

Komjen Dharma Pongrekun mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat 240 juta nyamuk Wolbachia tersebut akan disebar di pulai Bali dan 5 kota lainnya yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang dan Bontang. Ia juga menyebut dampak dari nyamuk itu dapat mengakibatkan penyakit baru yaitu Japanese Ensepalitis (JE) atau radang otak.

“Dampak dari nyamuk ini adalah penyakit Japanese Ensepalitis (JE) atau radang otak. Vaksin dan obatnya sudah ada, program dan anggaran sudah ada,” ujar Komjen Dharma Pongrekun.

Dr Kun Wardana Abyoto juga menyoroti ketidakpastian program tersebut yang berpotensi menimbulkan risiko yang tidak terduga. “Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan dan dampak yang tak terhitung?” ujarnya.

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pun menolak penyebaran nyamuk bionik wolbachia di Indonesia. Ia menekankan pentingnya segera menghentikan penyebarannya nyamuk Bionik Wolbachia, karena nyamuk tersebut dapat membawa risiko kesehatan dan berpotensi untuk menimbulkan penyakit baru yang berbahaya bagi warga Indonesia.

“Penyebaran nyamuk Wolbachia ini membawa resiko bagi kesehatan masyarakat dan bisa menimbulkan penyakit baru yang berbahaya bagi kesehatan rakyat Indonesia. Segera hentikan!” ujar Siti Fadilah.

“Ini seperti mengorbankan rakyat kita untuk menjadi kelinci percobaan, hal ini tidak dapat diterima. Siapa yang akan bertanggung jawab atas resiko-resiko yang mungkin muncul,” pungkasnya pada saat konferensi pers di Hotel Grandhika, Jakarta Selatan, Ahad (12/11/2023).

Sumber: suaramerdeka.com

[post-views]
Selaras