Banjarmasin, mu4.co.id – Walikota Banjarmasin H. Ibnu Sina dipastikan telah mengetahui kabar dari keberadaan meriam kuno di bawah bangunan Langgar Al Hinduan Jalan Piere Tendean Banjarmasin.
Dalam pelaksanaan pemugaran Langgar Al Hinduan, Ibnu Sina meminta untuk berhati-hati dan menjaga peninggalan bersejarah tersebut.
“Sudah kami sampaikan untuk berhati-hati. Karena diduga ada benda bersejarah yakni meriam kuno,” ujarnya.
Proyek pemugaran Langgar Al Hinduan itu dijelaskan Ibnu Sina, memerlukan anggaran pengerjaan sebesar Rp 1,4 miliar dari APBD dengan lama pengerjaan 150 hari kerja atau ditarget selesai pada Desember mendatang.
Kedepannya, Pemerintah Kota Banjarmasin akan menata di kawasan tersebut sebagai museum dan monumen cagar budaya.
Ditambah lokasi dari Langgar Al Hinduan yang berada di Jalan Piere Tendean Kelurahan Gedang Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kalimantan Selatan, itu ternyata merupakan bangunan bersejarah yakni tempat pelaksanaan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) pertama kali di Kalimantan Selatan.
Ibnu Sina menyebut, Muktamar pertama di Kalsel ialah Muktamar NU ke-11 yang dilaksanakan sebelum Indonesia Merdeka yakni pada 1936.
Jika meriam ini ditemukan artinya sudah ada tiga meriam yang ditemukan di Banjarmasin. Diduga ada empat meriam di Banjarmasin dan semuanya berada di kawasan Jendral Sudirman hingga Jalan Piere Tendean.
Mengapa meriam ini ditemukan di kawasan yang sama? Karena, pada zaman dahulu, kawasan tersebut merupakan Benteng Tatas. Masjid Sabilal Muhtadin juga merupakan Asrama Tatas.
Pada Agustus 2016 silam, dua meriam ditemukan saat perbaikan Jalan Jendral Sudirman. Jika ini ditemukan kembali. Artinya hanya tersisa satu meriam yang masih menjadi misteri keberadaannya.
Dugaan adanya meriam kuno tertanam di bawah pelataran Langgar Al Hinduan Jalan Pierre Tendean, Kelurahan Gedang, Kecamatan Banjarmasin Tengah itu didukung dengan saksi mata yang pernah menyaksikan keberadaan meriam kuno tersebut terkubur di bagian pelataran Langgar Al Hinduan.
Warga merupakan pengurus sekaligus Imam Langgar Al Hinduan, Abdurrahim menceritakan, pada tahun 1987 hingga 1989 dilakukan pemugaran di langgar tersebut secara swadaya oleh warga.
Ketika pemugaran berlangsung, warga melihat adanya benda diduga meriam. Pada saat itu ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat itu media juga memberitakan lewat koran.
“Kami melihat besi besar bulat dan condong ke jalan. Saat itu kami tidak memberitahu kepada pemerintah. Kami ingin mengangkat sendiri tapi tidak bisa. Selain karena besar dan berat benda yang diduga meriam tersebut juga mengarah ke jalan. Dikhawatirkan jika diangkat jalan pada saat itu akan rumbih (longsor. Red),” ujar Abdurrahim, saat ditemui di kediamannya yang lokasinya tidak jauh dari Langgar Al Hinduan, Rabu (16/8/2023).
Baca juga: Penemuan Anak Panah Berbahan Meteorit, Jadi Bukti Perdagangan Kuno
Selanjutnya warga hanya melakukan penimbunan kembali benda yang diduga meriam tersebut.
Saat itu pihaknya langsung menimbun dengan tegel lantai lama. Ia menyebut dalam proses pengerjaan tegel lama yang tertimbun pun juga hampir tidak ditemukan.
“Hanya ada delapan yang bisa ditemukan,” katanya.
Ia mengaku juga sempat ditanya Walikota Banjarmasin perihal hal ini. Namun, ia yakin bahwa dugaan meriam tersebut masih ada di sana.
Sumber: Banjarmasin Post