Prancis, mu4.co.id – Otoritas Prancis membebaskan pendiri Telegram, Pavel Durov pada Rabu (28/8) dengan jaminan €5 juta atau sekitar Rp85,8 miliar setelah ditangkap pada Sabtu (24/8).
Namun, ia tetap didakwa atas beberapa pelanggaran dan dilarang meninggalkan Prancis hingga kasusnya selesai. Durov ditangkap saat tiba di Paris dengan jet pribadi dari Azerbaijan dan dihadirkan di pengadilan empat hari kemudian.
Pengadilan menyatakan bahwa Durov telah resmi didakwa atas sejumlah pelanggaran, termasuk mengelola platform daring yang digunakan oleh kelompok kriminal untuk melakukan transaksi ilegal. Tuduhan ini, menurut pengadilan, dapat berujung pada hukuman penjara maksimal 10 tahun.
Baca Juga: Tidak Kooperatif Memberantas Judol, Kominfo Ancam Blokir Akses Telegram di Indonesia!
Selain itu, Telegram dinilai tidak kooperatif dalam berkomunikasi dengan otoritas setempat, serta memfasilitasi penipuan, pencucian uang, distribusi narkotika dan pornografi anak, dan menolak memberikan data pengguna kepada pihak berwenang.
Dia diperintahkan untuk tetap berada di Prancis sampai investigasi terhadapnya selesai dan diwajibkan melapor ke kantor polisi dua kali seminggu.
Fakta keterlibatan Israel dalam penangkapan CEO Telegram
Setelah penangkapan Pavel Durov, beredar beberapa spekulasi bahwa hal tersebut terjadi atas permintaan Pemerintah Israel.
Sebagai informasi, Telegram sering digunakan oleh kelompok militan Hamas dan warga Palestina untuk bertukar informasi. Durov telah beberapa kali menolak permintaan untuk memblokir akun-akun milik Hamas dan Palestina.
Dalam pernyataannya pada tahun 2023, Durov menyatakan bahwa tim moderator Telegram selalu berusaha untuk menghapus akun-akun berbahaya. Namun, dia menolak untuk membatasi akun-akun yang menyebarkan informasi terkait konflik perang.
“Setiap hari, para moderator Telegram dan tool AI kami menghapus konten-konten berbahaya dari platform kami. Namun, peliputan terkait perang jarang terlihat jelas (bayahanya),” ucapnya kala itu, dikutip dari CNBC, Jum’at (30/8).
Adapun kabar bahwa informasi rahasia Israel disebar oleh hacker anti-israel melalui berbagai platform digital termasuk Telegram dan itu benar terjadi. Dokumen yang dibocorkan mencakup informasi sensitif dan email dari institusi pemerintah Israel, termasuk Kementerian Kehakiman.
Baca Juga: Setelah Twitter, Kominfo Juga Batal Blokir Telegram, Apa Alasannya?
Israel meminta Telegram untuk mencegah penyebaran dokumen tersebut, namun Telegram menolak dengan alasan kebijakan internal yang tidak memungkinkan mereka memenuhi permintaan tersebut.
Namun, tidak ada bukti yang valid yang mengaitkan penangkapan Pavel Durov terhadap permintaan Israel.
Profil Pavel Durov
Pavel Durov, miliarder 39 tahun yang dijuluki ‘Mark Zuckerberg Rusia’, memiliki kewarganegaraan Prancis dan Uni Emirat Arab. Durov meninggalkan Rusia pada 2014 karena menolak tekanan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi.
Dia dikenal sebagai pendukung kebebasan berpendapat dan privasi pengguna. Forbes memperkirakan kekayaannya mencapai $15,5 miliar atau sekitar Rp240 triliun.
(CNBC, SindoNews, Kompas)