Amerika Serikat, mu4.co.id – Gerakan Block Out 2024 tengah mencuri perhatian global sebagai respons terhadap serangan Israel di Gaza, menargetkan selebriti yang diam mengenai krisis Palestina.
Block Out 2024 sendiri merupakan gerakan seruan online untuk memblokir akun media sosial para aktor Hollywood hingga influencer atas sikap mereka yang acuh terhadap peperangan di Gaza, Palestina.
Penggemar menggunakan “guillotine digital” untuk memboikot para pesohor tersebut dari media sosial dan platform streaming.
Makna dari guillotine yaitu saat Revolusi Perancis, guillotine merupakan alat yang digunakan untuk memenggal kepala orang yang dihukum karena kejahatan.
Awal Mula Gerakan Block Out 2024
Hal ini berawal dari sebuah konten Tiktok yang merespons tentang tak empatinya pagelaran fesyen Met Gala yang glamor dengan kenyataan suram konflik Israel-Hamas.
Seorang influencer bernama Haley Kalil mengunggah konten lip-sync di TikTok yang berbunyi “Qu’ils mangent de la brioche” Frase ini terkenal dan berkaitan dengan Ratu Prancis Marie Antoinette pada masa Revolusi Prancis. Frase tersebut artinya “biarkan mereka makan kue,” yaitu pernyataan yang menunjukkan ketidakpedulian kerajaan terhadap penderitaan rakyat jelata, serta sebagai ejekan terhadap kemampuan finansial mereka.
Baca Juga: Usai Diboikot, Benarkah Starbucks Rebranding Menjadi Vista Coffee?
“Sudah waktunya bagi rakyat untuk melakukan apa yang saya sebut guillotine digital, jika Anda mau,” ungkap seorang influencer lain dalam video TikTok bernama ladyfromtheoutside, yang memulai gerakan ini, dikutip pada Rabu(15/5).
Pesan ini dinilai sebagai seruan untuk gerakan pro-Palestina. Ini menjadi awal boikot baru dilakukan.
Bagaimana Dampaknya?
Beberapa artis telah mengalami penurunan jumlah pengikut secara signifikan pada Block Out 2024. Contohnya, Kim Kardashian, seorang bintang reality show, kehilangan ratusan ribu pengikut Instagram dalam beberapa hari terakhir, menurut analisis dari Social Blade.
Selanjutnya Taylor Swift, sang superstar musik global itu juga mengalami penurunan, meskipun dia memilih untuk fokus pada tur musiknya, Eras Tour, daripada tampil di acara tersebut (Met Gala). Setidaknya, jumlah pengikutnya di media sosial turun sebanyak 200.000.
“Ini soal kehidupan dan keadilan,” ucap seorang pengguna TikTok yang menyebut dirinya sebagai “Swiftie Palestina (fans Taylor Swift)” dan mengatakan sudah waktunya untuk memblokir, berhenti mengikuti dan berhenti streaming idolanya.
“Jika dia bisa menggalang kita semua untuk memilih, dia punya kekuatan untuk berbicara tentang ketidakadilan,” ucapnya yang dimuat AFP.
Banyak orang skeptis terhadap gerakan ini. Mereka berpendapat bahwa kerugian yang dialami mungkin hanya bersifat sementara dan tidak signifikan dalam jangka panjang.
David Jackson, seorang profesor di Bowling Green State University, menyatakan bahwa sikap politik yang diambil oleh para selebriti dapat memengaruhi tingkat persetujuan dari penggemar mereka. Menurutnya, sejarah keterlibatan selebriti dalam politik telah ada selama ratusan tahun terutama di Amerika Serikat.
Namun, dengan adanya media sosial, menjadi lebih mudah bagi orang untuk membentuk hubungan “parasosial” dengan para selebriti. Secara dasarnya, ini merupakan hubungan satu arah yang bersifat timbal balik.
Baca Juga: Ini Sejumlah Dampak Dari Aksi Boikot Produk Pro Israel
“Anda mempunyai jaringan orang-orang yang diikuti… beberapa adalah orang-orang yang Anda kenal dan beberapa dari mereka adalah selebriti,” ucap Jackson.
Ia kemudian mengaitkannya dengan kedekatan yang palsu. Ini menyebabkan rasa pengkhianatan semakin dirasakan ketika selebriti mengambil sikap yang tidak disetujui oleh penggemar.
Sebagai contoh di AS, ketika rapper Lizzo mendukung penggalangan dana untuk membantu seorang dokter Gaza dan keluarganya meninggalkan wilayah Palestina yang terkepung, ia mendapat kritik dari banyak pihak karena tindakannya.
Sementara itu, aktris pemenang Oscar Susan Sarandon dikeluarkan dari agensinya yaitu United Talent Agency (UTA), setelah berbicara di sebuah rapat umum pro-Palestina pada bulan November.
Sumber: CNBC, Kompas, Vocabulary, Wikipedia