Media Berkemajuan

22 November 2024, 00:01

Ternyata Pemberian Susu Kental Manis dan Bubur Nasi Menyebabkan Balita Stunting

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Pelatihan Kader PP Aisyiah dan YAICI Hadapi Stunting di Kota Samarinda [9/10] [Foto: wartabrita.com]

Samarinda, mu4.co.id – Salah satu hambatan bagi usaha mewujudkan Indonesia Emas 2045 adalah stunting yang masih tinggi. Prevalensi stunting pada tahun 2022, mencapai 21,6 persen.

Stunting sendiri adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.

Penyebab stunting pun beragam, mulai dari kekeliruan dalam pemberian nutrisi kepada bayi. Misalnya memberi susu kental manis pada balita, konsumsi bubur nasi dengan pisang, hingga lingkungan yang tidak sehat karena buruknya sanitasi dan sampah yang menumpuk.

Baca juga: Cegah Stunting Sejak Dini, Calon Pengantin Wajib Periksa Kesehatan Mulai Maret 2023 

Bergerak melawan stunting, Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menggelar pelatihan bagi 50 perwakilan kader dari berbagai wilayah di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Sabtu (7/10/2023). Acara terselenggara oleh kerjasama PP ‘Aisyiyah dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI).

“Pelatihan kader yaitu Gerakan ‘Aisyiyah Sehat (GRASS). Khusus pelatihan hari ini untuk bagaimana kader kami ikut didalam pencegahan stunting. Di mana stunting di Kalimantan Timur ini ternyata masih cukup besar persentasenya masih diatas 23 persen,” ungkap Wakil Ketua Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah, Chairunnisa.

“Kami melatih kader kami ini, kemudian nanti mereka akan melakukan tindak lanjut dari hasil hari ini untuk turun ke masyarakat melakukan edukasi cegah stunting,” sambungnya. Pada pelatihan ini, para kader diarahkan untuk menjalankan beberapa metode agar edukasi ke masyarakat tepat sasaran.

Baca juga: Terus Berupaya Perangi Stunting, ‘Aisyiyah Raih Penghargaan BKKBN

Misalnya, edukasi secara tatap muka melalui kunjungan rumah ke keluarga yang terindikasi stunting. Edukasi lewat kelompok pengajian atau ke anak-anak sekolah hingga edukasi tidak langsung melalui media sosial.

“Jadi nanti kami persiapkan media berbentuk e-flyer. Di situ ada materi terkait bagaimana stunting terjadi dan dampaknya apa. Biasa kami unggah ke WhatsApp, Facebook, dan Instagram,” sambung Nisa.

Baca juga: Kalsel Masuk 3 Besar Berhasil Turunkan Stunting di Indonesia

Menyambung Chairunnisa, Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat berharap kerja sama dengan ‘Aisyiyah semakin kuat. Khusus di Kaltim, kedua organisasi ini diketahui telah melakukan koordinasi dengan Puskesmas Lok Bahu guna melakukan kunjungan terhadap sejumlah keluarga dengan 29 anak stunting.

Masih tingginya angka stunting di provinsi Kaltim, yakni sebanyak 23 persen diharapkan mematangkan kader ‘Aisyiyah dalam mensosialisasikan dan memberi pendampingan kepada para orang tua tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama.

“Kami berharap dengan adanya edukasi ini, para kader bisa menjadi agen perubahan di masyarakat,” harapnya. (muhammadiyah.or.id)

[post-views]
Selaras