Media Berkemajuan

19 Mei 2024, 19:28

Taruna STIP Dianiaya Oleh Seniornya Hingga Tewas. Begini Kronologinya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Pabrik Sepatu Bata Tutup Operasional Pabriknya [Foto: voi.id]

Jakarta, mu4.co.id – Penganiayaan terhadap siswa taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang dilakukan oleh seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21), dimulai setelah Putu Satria Ananta Rastika (19) dan empat temannya tidak mengikuti pelajaran olahraga pada Jumat (3/5). Mereka bertemu dengan Tegar dan senior lainnya di lantai bawah.

“Untuk siswa tingkat satu saat itu kegiatannya olahraga, nah si korban ini bersama teman-temannya berjumlah lima orang, menuju ke kamar mandi karena tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga,” ucap Hady Saptura Siagian, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP, dikutip dari Kompas pada Senin (6/5).

Melihat Putu dan temannya mengenakan seragam olahraga, Tegar meminta Putu untuk ke kamar mandi.

Pada saat itu, Putu dan keempat temannya membuat barisan. Kemudian tanpa menunggu lama, Tegar menyerang Putu di ulu hati sehingga Putu jatuh.

Baca Juga: Tersangka Keluarga Sendiri, Santri Ponpes Kediri Tewas Dianiaya! Sempat Meminta Tolong Ke Ibunya

Tegar pun panik dan memerintahkan keempat teman Putu untuk pergi meninggalkan kamar mandi. Setelah itu, Tegar mencoba menarik lidah Putu dengan tujuan membantu korban.

Tindakan menarik lidah biasanya dilakukan dalam situasi kecelakaan atau cedera serius untuk memastikan bahwa saluran udara tetap terbuka. Ini dilakukan agar korban dapat bernapas dengan lebih mudah dan menghindari kekurangan oksigen.

Kembali pada kasus Tegar, tindakan tersebut justru membuat kondisi Putu semakin buruk karena menyebabkan saluran napasnya terhalang. Pasalnya, tindakan menarik lidah memang tidak boleh dilakukan secara sembarangan.

Putu tetap tidak sadarkan diri dan akhirnya harus dievakuasi ke klinik untuk mendapatkan perawatan medis.

Baca Juga: Tersangka Kasus Bullying di SMA Tangsel Telah Ditetapkan, Termasuk Anak Artis. Berikut Faktanya!

“Pada saat kami temukan di rumah sakit masih mengenakan baju olahraga,” ungkap Hady.

Sebelumnya dilaporkan bahwa Putu telah meninggal dunia di klinik. Hal ini disebabkan karena tidak ada denyut nadi pada tubuh korban selama pemeriksaan medis.

“Pada saat diperiksa oleh klinik sekolah setempat, sudah dalam kondisi tidak bernadi. Nadinya sudah berhenti, dan mungkin sudah bagian dari tanda-tanda hilang nyawa,” kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan.

Sumber: Kompas, PandiFootball, KlikDokter

[post-views]
Selaras
error: Content is protected !!