Jakarta, mu4.co.id – Indonesia diperkirakan bisa mengulang kejayaannya dalam hal produksi minyak bumi. Hal ini jika pencarian cadangan migas non konvensional (MNK) di sumur tertua di Indonesia yakni Blok Rokan berhasil dilakukan.
Sebagaimana diketahui, PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menggandeng perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS) yakni EOG Resources untuk menggarap migas non konvensional itu.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan bergabungnya EOG Resources dalam pencarian potensi MNK di Blok Rokan diharapkan dapat membuahkan hasil. Sehingga dapat berdampak pada perekonomian nasional.
“Oh iya (bisa oil boom lagi), dan itu multiplier-nya banyak karena industri nya banyak akan terlibat,” kata Tutuka saat wawancara bersama CNBC Indonesia, dikutip Kamis (20/7/2023).
Baca juga: Dua Perusahaan Migas Asing Akan Hengkang Dari Indonesia
Indonesia sebagaimana diketahui menargetkan bisa memperoleh 1 juta barel minyak per hari (bph) pada tahun 2030. Target tersebut bisa didukung melalui produksi migas non konvensional ini.
Menurut Tutuka selain teknik pengeboran yang berbeda dibandingkan dengan migas konvensional, MNK juga memerlukan ketersediaan air dan pasir dalam proses produksinya.
Ia pun melihat dengan kebutuhan pasir yang cukup besar tersebut, pasir bisa menjadi komoditas yang berpotensi untuk pendapatan daerah di wilayah operasi.
“Kalau berhasil pasir ini akan jadi komoditas. Kalau itu cukup oke dipakai terus sama perusahaan. Kemudian rig juga bisa berkembang, kita menaruh harapan MNK yang besar kita senang dapat partner yang profesional,” katanya.
Baca juga: Pertamina Siap Jual Jenis BBM Baru, Campuran Pertamax dan Etanol
Menteri ESDM Arifin Tasrif berharap proses pengeboran yang dilakukan Pertamina Hulu Rokan dan EOG Resources ini dapat membuahkan hasil seperti yang telah dilakukan di Amerika Serikat. Mengingat EOG sendiri merupakan perusahaan migas yang sudah cukup lama berkecimpung di dalam pengembangan blok non konvensional.
“Sudah mulai ngebor. Bulan ini lah. Itu kan butuh waktu sekitar 2-3 bulan, nah dari situ kan baru nanti dikaji, seismiknya,” kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (14/7/2023).
Arifin membeberkan potensi MNK yang ada di Blok Rokan diketahui berdasarkan perkiraan dari United States Geological Survey. Oleh sebab itu, ia berharap temuan MNK di Blok Rokan ini bisa mengulang kesuksesan Amerika Serikat dalam pengembangan blok non konvensional. “Itu harus dilihat dulu hasil pengeborannya,” katanya.
Menurut Edwil Suzandi, Pejabat Executive Vice President Upstream Business PHR mengatakan pengeboran sumur MNK sendiri mempunyai berbagai macam tantangan. Salah satunya seperti karakteristik sumur yang cukup dalam mencapai 8000 feet.
“Riset MNK ini cukup panjang mulai dari subsurface dan dari sisi komersial harapannya apabila pengeboran pertama bisa positif kita mulai mempersiapkan diri ke tahap komersial,” katanya.
Baca juga: Catat! Mobil Ini Segera Dilarang Isi BBM Pertalite
Menteri Arifin pernah mengatakan bahwa Indonesia pernah mengalami dua kali masa puncak produksi minyak nasional, yakni pada 1977 dan 1995 di mana produksi minyak mencapai lebih dari 1,6 juta barel per hari (bph), utamanya dari Blok Rokan, Jatibarang, Mahakam, dan Arjuna ONWJ.
Sementara puncak produksi gas terjadi pada 2004 yakni mencapai 1,533 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Adapun puncak produksi minyak dan gas nasional terjadi pada 1998 yakni mencapai 2,960 juta BOEPD.
Namun sayangnya, setelah itu, produksi migas RI terus menurun.
“Setelah 1995 produksi minyak terus menurun, begitu juga dengan produksi gas di 2005, karena tak adanya temuan baru yang besar, kurangnya eksplorasi dan investasi, keterbatasan keuangan, Covid-19, dan pergeseran investasi ke energi terbarukan,” tuturnya. (cnbcindonesia.com)