Jakarta, mu4.co.id – Lebaran Ketupat atau Riyoyo Kupat adalah sebuah tradisi peringatan hari raya Idul Fitri di Indonesia, khususnya oleh masyarakat Jawa. Lebaran Ketupat biasanya dilaksanakan pada hari kedelapan hari raya Idul Fitri, yang artinya pada 8 Syawal dengan ditandai memakan Ketupat.
Mulanya, Lebaran Ketupat hanya dilakukan di Jawa saja yang dikenalkan oleh seorang wali Songo Sunan Kalijaga yang merupakan sebagai pelengkap puasa Ramadhan untuk menggenapkan perhitungan puasa satu Tahun dalam puasa sunah 6 hari dibulan Syawal, maka dilakukanlah perayaan Lebaran Ketupat sebagai hari Kemenangan seusai mengerjakan 6 hari puasa Syawal.
Baca juga: Tips Sehat Saat Berlebaran
Namun belakangan muncul pro kontra apakah tradisi lebaran ketupat ini sesuai dengan syariat agama Islam?
Ketua Bidang Kerukunan Antar-Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Yusnar Yusuf Rangkuti menyatakan Lebaran Ketupat tidak bertentangan dengan Islam. Lebaran Ketupat merupakan budaya dan kearifan lokal yang mewarnai sukacita Idulfitri di daerah.
Hal ini disampaikan Kiai Yusnar Yusuf menanggapi polemik Lebaran Ketupat yang mencuat di media sosial. Sebagian pihak mempersoalkan Lebaran Ketupat yang banyak digelar di beberapa daerah karena tidak pernah diajarkan Nabi Muhammad ﷺ.
“Mengadakan Lebaran Ketupat itu tidak bertentangan dengan Islam. Hanya orang yang tidak suka saja yang bilang Lebaran Ketupat itu bertentangan dengan syariat. Saya bukan orang Jawa, tapi saya suka dengan Lebaran Ketupat. Budaya yang seperti ini justru perlu disuarakan bahwa memang tidak menyalahi peraturan agama Islam,” kata KH Yusnar Yusuf Rangkuti dikutip dari Sindonews, Ahad (21/4/2024).
Baca juga: Sebelum Mudik Lebaran, Cermati Tips Berikut Ini!
Seperti halnya Lebaran Ketupat yang menjadi kebiasaan saat Lebaran, mudik atau pulang kampung juga sebenarnya berasal dari kebiasaan masyarakat Indonesia saat libur panjang. Mudik sejatinya produk budaya, bukan syariat agama, tapi pelaksanaannya dilakukan oleh seluruh umat Islam di Indonesia karena dinilai tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Menurut KH Yusnar Yusuf, kebiasaan yang sarat dengan kearifan lokal seperti mudik dan Lebaran Ketupat perlu mendapat apresiasi, karena bisa memberikan efek positif terhadap kerukunan masyarakat Indonesia.
“Saya kira berbagai kearifan lokal yang ada sudah menjadi kebiasaan dan itu akhirnya menjadi budaya bagi orang-orang yang ada di Indonesia. Hal ini termasuk mudik, yang berarti mengunjungi orang tua dan keluarga di kampung halamannya masing-masing,” ujarnya.