Media Utama Terpercaya

30 Desember 2025, 18:41
Search

Pernah Gagah Berdiri, Kini Mushalla Muhammadiyah Al-Hidayah Butuh Perhatian Serius

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Mushalla Al-Hidayah
Mushalla Al-Hidayah. [Foto: Google Maps]

Banjarmasin, mu4.co.id – Mushalla Al-Hidayah yang berlokasi di Jalan Pasar Lama Laut, Kecamatan Banjarmasin Tengah, merupakan salah satu amal usaha PCM Banjarmasin 1 yang telah lama berdiri dan memiliki nilai sejarah bagi perkembangan persyarikatan di Kalimantan Selatan. 

Lokasi mushalla ini berada di kawasan pasar yang padat aktivitas perdagangan dan dikelilingi sejumlah tempat ibadah lain. Mushalla yang terletak di lantai dua dan berkapasitas sekitar 40 jemaah ini berada tepat di tepi Sungai Martapura.

Dalam catatan sejarah Muhammadiyah, Mushalla Al-Hidayah pernah digunakan sebagai tempat ibadah dan persinggahan para muktamirin saat Kongres Muhammadiyah ke-24 pada tahun 1935, ketika Banjarmasin menjadi tuan rumah dan KH Hisyam terpilih sebagai Ketua Umum Muhammadiyah. 

Tokoh nasional Bung Kasman Singodimejo juga tercatat pernah singgah dan melaksanakan salat di mushalla tersebut.

Namun, puluhan tahun berselang, kondisi bangunan mushalla kini memprihatinkan. Struktur kayu ulin mulai lapuk, pintu dan jendela tidak lagi berfungsi dengan baik, serta atap dan plafon mengalami kebocoran. 

Kondisi plafon Mushalla Al-Hidayah. [Foto: Lazismu

Saat hujan, beberapa titik ruang salat harus diberi wadah penampung air agar tidak mengganggu jemaah. Papan nama mushalla pun sudah kusam dan nyaris tidak terbaca dari jalan.

Kondisi lingkungan sekitar turut memperparah keadaan. Area di sekitar bangunan dipenuhi lapak pedagang, sementara fasilitas tempat wudhu tidak tersedia. Jemaah terpaksa mengambil air langsung dari Sungai Martapura melalui titian kecil di samping mushalla, yang dinilai berisiko dan membahayakan.

Tempat jemaah mengambil air wudhu. [Foto: Lazismu Kota Banjarmasin]

Minimnya aktivitas ibadah berjamaah juga menjadi perhatian. H. Bahrani, salah satu pedagang pasar yang masih rutin salat di mushalla tersebut, menyebut sebagian besar pendiri mushalla telah wafat dan keluarganya berpindah tempat tinggal. Akibatnya, hanya segelintir jemaah yang masih menjaga keberlangsungan salat berjemaah.

“Terus terang, warga lingkungan pasar ini mayoritas bukan warga persyarikatan, ditambah dengan kondisi bangunan mushalla yang seperti ini membuat orang enggan untuk singgah,” ujar Bahrani.

Hal serupa disampaikan Hairani, warga Muhammadiyah yang masih menetap di kawasan tersebut. Ia menilai mushalla membutuhkan petugas atau kaum yang secara rutin mengelola dan menghidupkan kegiatan ibadah agar kembali berfungsi sebagaimana mestinya.

Baca Juga: Museum Muhammadiyah: Napak Tilas Muhammadiyah Masa Lampau dan Masa Depan

Melihat kondisi fisik dan minimnya jemaah, Mushalla Al-Hidayah dinilai memerlukan penanganan serius agar tidak kehilangan fungsi utamanya sebagai tempat ibadah. 

Dukungan dari pengurus dan warga persyarikatan diharapkan mampu mengembalikan peran mushalla yang pernah menjadi bagian penting sejarah Muhammadiyah di Banjarmasin.

Sementara itu, sebagai upaya menghidupkan kembali amal usaha Muhammadiyah (AUM), Mushalla Al-Hidayah mulai menggelar kegiatan keagamaan. 

Kegiatan pengajian bersama Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Kota Banjarmasin dan Majelis Tabligh PWM Kalsel. [Foto: Lazismu Kota Banjarmasin]

Pada Pengajian ke-4 yang dilaksanakan pada Sabtu (27/12) mushalla ini menjadi lokasi pengajian bersama Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Kota Banjarmasin dan Majelis Tabligh PWM Kalimantan Selatan. 

Kegiatan tersebut menghadirkan Ustaz H. Mairijani, M.Ag sebagai pemateri dengan tema fiqih dan kaifiyat salat menurut Himpunan Putusan Tarjih (HPT).

(Lazismu Kota Banjarmasin)

[post-views]
Selaras