Media Berkemajuan

13 Desember 2024, 23:16

Pengangguran di Indonesia Tembus 7,5 Juta Orang, Kemnaker Ungkap Penyebabnya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Kemenaker
Menaker, Yassierli dalam acara Naker Expo di Jakarta [Foto: portonews.com]

Jakarta, mu4.co.id – Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 4,8% atau sebanyak 7,5 juta orang. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli dalam sambutannya pada acara Naker Expo di Jakarta, Kamis (21/11/2024).

“Secara nasional kita juga dihadapkan dengan tingkat pengangguran yang juga masih tinggi 4,8% atau 4,9% Dengan jumlah sekitar 7,5 juta orang se-Indonesia” ungkap Yassierli.

Dirinya pun mengungkapkan bahwa tingginya tingkat pengangguran terbuka di Indonesia tersebut disebabkan oleh beberapa hal, seperti SDM (Sumber Daya Manusia) yang kurang terampil, hingga ketidaksesuaian (mis match) antara kebutuhan industri dengan angkatan kerja baru.

“Memang menciptakan dan menyiapkan tenaga kerja terampil yang siap bekerja ini menjadi tantangan kita semua. Tapi ini motovasi kita di Kemnaker, ini adalah tugas yang mulia,” lanjutnya.

Selain itu, Yassierli juga menyinggung soal kondisi perekonomian nasional yang juga menjadi faktor penyumbang pengangguran terbuka di Indonesia. “Pengangguran ini tentu masalah yang sifatnya tidak hanya beban dan tanggung jawab dari Kementerian Ketenagakerjaan, kondisi ekonomi kita saat ini kalau meminjam istilah bu Sri Mulyani memang sedang tidak baik baik saja, ada deflasi dari Mei sampai Oktober, kita melihat juga jumlah PHK termasuk besar,” bebernya.

Baca juga: Pengangguran di China Meningkat, Sarjana Jadi Petugas Kebersihan

Lebih lanjut, Yassierli menekankan bahwa menciptakan lapangan kerja adalah tantangan utama di hilir, dan ia juga mengingatkan perlunya pembenahan di sisi hulu, termasuk penyelarasan antara kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri untuk menghindari mis match.

“Saya mendengar bahwa di DKI Jakarta sudah banyak SMK unggulan. Ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga di balai pelatihan, tenaga kerja tidak perlu disiapkan dari nol. Pembekalan di SMK harus cukup memadai, tinggal penyempurnaan selama satu atau dua bulan, kemudian diberikan sertifikasi,” jelasnya.

“Kompetensi yang disiapkan tidak hanya berupa keterampilan teknis, tetapi juga mencakup soft skills. Ini adalah pekerjaan rumah kita bersama. Oleh sebab itu, kita perlu menata proses dari hulu ke hilir agar expo seperti ini memberikan hasil maksimal,” lanjut Yassierli.
(sindonews.com)

[post-views]
Selaras