Media Berkemajuan

14 September 2024, 22:24

Penampakan Terbaru Masjid Agung di China Setelah Sinifikasi Islam, Bagaimana?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Masjid Agung Shadian sebelum kehilangan kubah dan menaranya. [Foto: iStock]

China, mu4.co.id – China sedang menerapkan “sinifikasi Islam”, termasuk mengubah gaya arsitektur masjid dari Arab menjadi lebih mirip atap pagoda. 

Hal ini terjadi pada Masjid Agung Shadian yang kehilangan kubah dan menaranya setelah dimodifikasi “secara radikal” oleh pemerintah setempat, seperti yang dilaporkan oleh The Guardian.

Pada awalnya, masjid yang terletak di sebuah kota kecil di Provinsi Yunnan barat daya ini memiliki kubah ubin hijau yang dihiasi bulan sabit, dikelilingi oleh empat kubah kecil dan menara yang tinggi. Keunikan arsitektur ini masih terlihat dengan jelas dari citra satelit pada tahun 2022.

Pada 22 Februari 2024, gambar-gambar dari satelit menunjukkan perubahan besar dalam arsitektur masjid yang berada di kompleks seluas 21.000 m² tersebut. Kubah telah diganti dengan atap pagoda bergaya Cina Han, sementara menara-menaranya diperpendek dan digantikan dengan menara pagoda. Tanda-tanda seperti jejak ubin bulan sabit dan bintang yang dahulu menjadi ciri khas teras depan sekarang tampak samar.

Di tempat lain, masjid terkenal bernama Najiaying di Yunnan, yang berjarak kurang dari 100 mil (sekitar 10 km) dari Shadian, juga baru-baru ini kehilangan ornamen-ornamen Islamnya.

Seorang ahli antropologi dari Cornell University yang melakukan penelitian lapangan di Shadian selama dua tahun menyimpulkan bahwa upaya sinifikasi yang dilakukan pemerintah China merupakan tanda keberhasilan kampanye yang sedang dilaksanakan oleh China.

“Sinifikasi dua masjid penting ini menandai keberhasilan kampanye tersebut. Bahkan jika masih terdapat masjid-masjid kecil bergaya Arab di desa-desa, akan sulit bagi masyarakat lokal untuk menentang sinisasi mereka,” ucapnya dalam laporan The Guardian, dikutip dari detik hikmah, Ahad (2/6).

Penghilangan fitur khas Islam dari masjid-masjid di China adalah bagian dari implementasi rencana lima tahun yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat. 

Pada tahun 2018, pemerintah China merilis rencana “sinifikasi Islam” yang mencakup promosi arsitektur Islam dengan nuansa khas Tiongkok.

Baca Juga: Masjid Kariye Resmi Dibuka. Dulunya Gereja!

Sebuah artikel yang diterbitkan oleh Observer Research Foundation (ORF) menyebutkan bahwa pada tahun 2019, pejabat dari Asosiasi Islam China (CIA) dan Partai Komunis China (CPC) mengadakan pertemuan di Beijing untuk menerapkan “Garis Besar Perencanaan Lima Tahun untuk Bertahan dalam Sinifikasi Islam,” dengan tujuan membuat “Islam menjadi kompatibel dengan sosialisme” pada tahun 2022. 

Larangan memamerkan budaya asing di China telah ada sejak Dinasti Ming. ORF juga mengungkapkan bahwa pada masa itu, penguasa Han Tiongkok melarang orang luar dan umat Islam untuk menampilkan budaya mereka, termasuk gaya rambut, pakaian, bahasa, dan nama keluarga. 

Sebagai respons terhadap kebijakan tersebut, kaum Muslim di China mulai menyesuaikan diri dengan budaya Han yang dominan, menggunakan bahasa Tionghoa dan menggunakan nama-nama Tionghoa. Mereka inilah yang kemudian menjadi nenek moyang Muslim Hui.

(detik hikmah)

[Video: tiktok @daudmin]
[post-views]
Selaras