Mina, mu4.co.id – Jemaah haji keluhkan layanan maktab atau tenda di Mina. Mereka menyebut fasilitas tenda tidak layak, sebab satu tenda yang sebetulnya berkapasitas maksimal 200 orang, namun ternyata satu kloter yang mengisi tenda tersebut sekitar 450 orang.
Dilansir dari JawaPos, Ahmad Nawardi tim pengawas haji Indonesia dari DPD RI menyampaikan melalui sambungan telepon (28/6), ’’Informasi dari beberapa jemaah haji Indonesia di Mina, mereka tidak bisa tidur, bahkan merebahkan diri saja susah. Duduk-duduk saja di dalam tenda rasanya penuh sesak,’’
Ketersediaan kasur yang tidak sesuai jumlah jemaah juga dikeluhkan jemaah Haji Indonesia.
Baca Juga: 1000 Warga Palestina Diundang Berhaji Secara Khusus Oleh Kerajaan Arab Saudi
Permasalahan lain juga terjadi seperti yang disampaikan Dirjen Penyelenggaraan Umrah dan Haji Kemenag, Hilman Latief, layanan konsumsi jemaah haji di Mina tidak terdistribusi dengan baik dan lancar.
“Kita sudah sampaikan protes keras ke Syarikah Mashariq terkait persoalan yang terjadi di Muzdalifah. Kita juga meminta agar tidak ada persoalan dalam penyediaan layanan di Mina,” tegas Hilman di Mina, Rabu (28/6/2023).
Hilman menegaskan akan terus mengawal persoalan ini agar Mashariq bergerak lebih cepat dalam penyiapan layanan bagi jemaah haji.
Baca Juga: Hari Ini 209.782 Jemaah Haji Indonesia Wukuf di Arafah, Tersebar di 72 Maktab
Pihaknya juga menyampaikan protes keras ke Mashariq, karena penyediaan layanan di Arafah – Muzdalifah – Mina (Armuzna) sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka. Mekanisme ini juga dilakukan oleh semua negara, proses penyediaan layanan dalam skema kemitraan dengan otoritas Mashariq.
“Jadi di Armina, sepenuhnya penyediaan layanan dilakukan Mashariq. Karenanya, kita minta agar semua hak jemaah haji Indonesia bisa diberikan dengan baik,” tegasnya.
Hilman minta Mashariq dapat mengambil keputusan cepat dalam mengantisipasi setiap potensi munculnya masalah. Sehingga, potensi yang ada bisa segera diselesaikan dan tidak merugikan jemaah.
“Mashariq tentu tahu kalau Indonesia adalah jemaah haji terbesar. Mestinya ada skema mitigasi yang lebih komprehensif dan cepat,” jelasnya.
Hilman mengakui bahwa ruang yang tersedia di Mina bagi jemaah haji sangat terbatas. Setiap jemaah, hanya mendapat ruang pada kisaran 0,8 m2. Namun, kondisi yang semacam ini memang terjadi setiap tahun, sejak puluhan tahun lalu.
“Bahkan, ijtihad ulama dalam menetapkan Mina Jadid menjadi bukti bahwa sempitnya ruang Mina sudah dirasakan dan menjadi diskursus sejak dulu,” sebut Hilman.
Sebelumnya juga terjadi permasalahan penyelenggaraan ibadah haji 2023 di Muzdalifah karena jemaah haji Indonesia sempat terlantar atau lambat terangkut dari Muzdalifah ke Mina.
Sumber: fajar.co.id hajiumrahnews.com