Banjarmasin, mu4.co.id – Sekretaris Daerah Banjarmasin, Ikhsan Budiman, menyatakan pendapatnya mengenai penutupan wisata baru Kampung Ketupat. Dia menyatakan bahwa pemerintah kota tidak memiliki kewenangan untuk terlibat dalam pengelolaan kawasan wisata tersebut.
“Karena kami menghormati perjanjian kerja sama yang dilakukan, dan sampai saat ini, kawasan itu masih di bawah kewenangan pengelola,” ucapnya, dikutip dari Radar Banjarmasin, Kamis (9/5).
Ikhsan juga menegaskan bahwa hingga saat ini, pihaknya belum menerima laporan resmi dari pengelola mengenai penutupan kawasan wisata tersebut. Dia hanya bisa memastikan bahwa pengelola telah memenuhi kewajibannya kepada pemerintah kota sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Baca Juga: Kampung Ketupat Jadi Objek Wisata Baru, Suguhkan Pagelaran Beda dari yang Lain!
Jika tidak ada kemajuan atau jika kewajiban pengelola terhadap pemerintah kota tidak dipenuhi, menurut Ikhsan, pemerintah berhak mengambil alih aset yang ada.
“Tapi sampai saat ini, apa yang menjadi kewajiban mereka itu masih dipenuhi,” ungkapnya.
Apakah pemko sebelumnya mengetahui bahwa kawasan itu sepi pengunjung? Ikhsan mengatakan bahwa dia hanya mengetahuinya dari lurah setempat, tidak lebih.
“Mungkin pengelola masih kesulitan mencari bentuk (konsep) yang bisa dikembangkan,” ucapnya.
Sebelumnya dilaporkan bahwa Kampung Ketupat, destinasi wisata di Sungai Baru, telah berhenti beroperasi. Investasi senilai miliaran rupiah tersebut disebut mengalami kerugian karena sepinya pengunjung.
Beredar kabar bahwa pembangun dan pengelola mengalami kerugian. Aliran listrik dan air leding pun sudah diputus. Dikabarkan adanya bayar parkir dan biaya tiket masuk menjadi penyebab tempat itu sepi pengunjung.
Asmiah, seorang pengrajin ketupat, juga mengungkap bahwa wisata kampung Ketupan ditutup sebelum bulan Ramadhan tahun ini.
“Iya, kabarnya sudah tidak beroperasi. Seingat saya, sebelum Ramadan sudah tidak buka,” ucap Asmiah.
Informasi tentang minimnya pengunjung tersebut telah dikonfirmasi oleh Kartinah, seorang mantan pedagang makanan di tempat tersebut. Dia mengingat bahwa pengunjung hanya ramai setelah pembukaan dan pada acara-acara khusus, seperti tahun baru.
Baca Juga: Keren! Dua Obyek Wisata Kalsel Terpilih dalam Kharisma Event Nusantara 2024
“Apalagi saat awal dibuka. Wah, ramai sekali,” ujarnya. Namun sesudah itu menjadi sepi. Saking sepinya, Kartinah memilih berhenti berjualan di kampung Ketupat tersebut.
“Padahal harga tiket masuk sudah diturunkan berkali-kali. Sampai cuma Rp5 ribu per orang,” ucapnya.
Saat masih berdagang di kampung Ketupat, Kartinah mengaku harus membayar Rp300.000 untuk tagihan listrik dan leding.
“Ditambah menebus alat transaksi pembayaran yang ada struknya itu seharga Rp1 juta,” ungkapnya.
“Kami juga diminta membayar pajak 10 persen untuk setiap pembelian makanan. Boleh disetor per hari atau per bulan,” tutupnya.
Proyek destinasi wisata itu merupakan bagian dari program untuk menghidupkan kembali kawasan Kampung Ketupat yang telah lama tidak terpakai. Dengan luas lahan 7 ribu meter persegi, investor hanya mengembangkan lahan seluas 800 meter persegi. Konstruksi dimulai pada Agustus 2022 dan selesai serta dibuka untuk umum pada pertengahan 2023.
Sumber: Radar Banjarmasin