Media Berkemajuan

27 Juli 2024, 08:54

Indonesia Tempati Urutan ke-2 Tuberkulosis di Dunia, Apa Penyebabnya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Ilustrasi TB [Foto: cuatro.com]

Jakarta, mu4.co.id – Hari peringatan Tuberkulosis (TB) dunia diperingati setiap 24 Maret. TB merupakan salah satu kasus penyakit yang masih cukup tinggi di Indonesia bahkan angka kasus ini masih cukup jauh dari capaian target di tahun 2030 mendatang. 

Berdasarkan hasil catatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan sebagai Rumah Sakit yang menangani penyakit paru-paru, sebanyak 969.000 penderita Tuberkulosis di Indonesia saat ini.

“Kita menduduki peringkat kedua di dunia dan peringkat kedua ini setelah China. Jumlah kasus kita adalah 969.000 jiwa atau 1 orang setiap 33 detik itu kena TB (Tuberkulosis),” kata Direktur Umum RSUP Persahabatan, Prof Dr. dr. Agus Dwi Susanto saat konferensi pers peringatan Hari TBC Sedunia, Jakarta (24/3).

Dokter spesialis paru dan Pokja Infeksi Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), dr. Tutik Kusmiati, SpP (K) menjelaskan, penularan TB ini terbilang mudah. 

Kuman TB akan dengan mudah menyerang masyarakat yang memiliki daya tahan tubuh atau imun rendah.

“Jadi untuk kuman TB ini sangat mudah menginfeksi mereka-mereka yang imunnya rendah. Imun rendah ini bisa karena dia ada sakit imun, seperti TBC, kemudian diabet juga imunnya bisa menurun,” jelas dr. Tutik.

TB juga dapat menyerang pasien-pasien yang memiliki penyakit kanker atau sedang jalani cuci darah. Selain itu, penyakit ini juga mudah menyerang bayi karena sistem imunnya belum sempurna.

Tak hanya itu, orang yang melakukan kontak erat dengan penderita juga berisiko tinggi. Ditambah, jika rumah penderita tersebut tidak memiliki ventilasi yang baik. Kuman TB sangat mudah bertahan lama pada situasi yang lembab.

Maka dari itu jika mengalami gejala batuk yang tidak kunjung reda, penurunan nafsu makan yang disertai dengan penurunan berat badan, mengalami keringat di malam hari sebagai ciri awal TB, jangan segan-segan untuk memeriksa diri ke Fasilitas Layanan Kesehatan Sekitar (Fasyankes).

Pengobatan yang ditangani Fasyankes pemerintah diberikan secara cuma-cuma.

Dan jika melakukan kontak dengan penderita TBC maka lakukan pemeriksaan secara rutin.

Prof Dr. dr. Agus Dwi Susanto juga menjelaskan beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk pencegahan Tb:

  1. Tingkatkan imunitas (makan bergizi, istirahat yang cukup).
  2. Vaksinasi BCG bagi anak-anak itu satu upaya untuk mencegah supaya tidak terkena TB yang berat.
  3. Apabila ada keluarga yang sakit maka dipastikan keluarga tersebut melakukan pola hidup baik, agar tidak menularkan kepada yang lain. Misal dengan etika batuk yg baik (batuk ditutup, tidak buang dahak sembarangan)
  4. Terakhir adalah bagaimana kepada seluruh masyarakat juga mengawasi apabila ada keluarga yg memiliki gejala, deteksi dini batuk, berat badan turun, demam, segera lakukan periksakan ke dokter.

Sumber: suara.com apahabar.com

[post-views]
Selaras