Banjarbaru, mu4.co.id – Kinerja logistik berperan penting dalam kemajuan ekonomi suatu negara. Negara dengan kinerja logistik yang baik cenderung memiliki ekonomi yang kuat, seperti Singapura yang menduduki peringkat pertama di dunia dalam Logistic Performance Index (LPI) global 2023 dengan skor 4,3.
LPI yang disusun oleh World Bank menilai beberapa aspek seperti customs, infrastructure, international shipments, logistics competence and quality, timelines, dan tracking & tracing.
Secara regional ASEAN, setelah Singapura, Malaysia menduduki peringkat logistik tertinggi di posisi 31, disusul Thailand (37), Filipina (47), Vietnam (50), Indonesia (63), Laos (82), dan Kamboja (116).
Peringkat logistik Indonesia turun dari 46 pada 2018 menjadi 63 pada 2023, akibat penurunan pada empat dimensi: timelines, tracking and tracing, international shipments, serta logistics competence and quality.
Penurunan terbesar terjadi pada timelines. Namun, dua dimensi lainnya mengalami peningkatan, yaitu customs dan infrastructure.
Dilansir dari Banjarmasin Post pada Kamis (19/9), Kota Banjarbaru sebagai ibu kota Provinsi Kalsel dan pusat logistik utama, berpotensi menjadikan sektor logistik sebagai keunggulan ekonomi. Seperti negara maju dengan efisiensi ekonomi tinggi berkat logistik yang baik, Banjarbaru bisa mencapai hal serupa.
Sebaliknya, logistik yang buruk akan menimbulkan biaya tinggi dan memperlambat distribusi barang, yang dapat merugikan konsumen akibat keterlambatan pengiriman.
Kenaikan biaya logistik berdampak pada naiknya harga barang bagi konsumen, mengurangi daya saing barang di pasar internasional.
Transformasi ekonomi Kota Banjarbaru diarahkan menjadi pusat logistik utama Kalsel, didukung oleh perpindahan ibu kota Kalsel dari Banjarmasin ke Banjarbaru sesuai UU Nomor 8 Tahun 2022.
Baca Juga: Pemkot Banjarbaru Raih Penghargaan dan Hadiah Dana Insentif 5,8 Miliar dari Kemenkeu!
Pemindahan ibu kota Kalsel ke Kota Banjarbaru bertujuan memperkuat posisi Banjarbaru sebagai penyangga IKN dan pusat logistik utama di Kalsel. Hal ini mendukung visi Kalsel sebagai wilayah perdagangan dan jasa berbasis industri manufaktur.
Secara historis, rancangan arsitek Van der Pijl pada 1950-an menetapkan Banjarbaru sebagai pusat pemerintahan, industri, perumahan, dan perdagangan.
Pengembangan logistik di Banjarbaru bisa belajar dari negara seperti China, yang memulai reformasi logistik setelah liberalisasi ekonomi pada akhir 1970-an dan menjadi anggota World Trade Organization(WTO) pada 2001.
Tentunya, Kota Banjarbaru diharapkan menjadi “The Little Singapore” dengan kinerja logistik terbaik di Kalimantan. Selama lima tahun ke depan, pemerintah kota berencana memperkuat pengembangan logistik guna memastikan perannya sebagai pusat logistik utama di Provinsi Kalsel.
(Banjarmasin Post)