Bandung, mu4.co.id – Sekitar 60 ribu telur nyamuk Aedes Aegypti Wolbachia dikirim dari Kementerian Kesehatan untuk dikembangbiakkan di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan salah satu wilayah program penyebaran nyamuk Wolbachia.
Daerah Kecamatan Ujungberung, tepatnya di Kelurahan Pasanggrahan, menjadi lokasi pengembangbiakan nyamuk yang disebut dapat menekan kasus demam berdarah.
“Kita menitipkan telur untuk menetas, jadi kalau ember yang dititipkan di kelurahan ada 308 ember, satu ember itu bisa berisi 200 sampai 250 telur nyamuk Aedes Aegypti yang ber-Wolbachia,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Ira Dewi Jani, dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (22/11).
Baca juga: Warga Tolak Penyebaran Nyamuk Bionik Wolbachia di Indonesia, Mengapa?
Meski demikian, Ira mengaku belum dapat memastikan berapa banyak telur nyamuk yang dapat menetas. Namun ia berharap, penetasan telur nyamuk Wolbachia dapat mencapai keseluruhan.
“Tapi kita belum tahu ya, kan belum ada evaluasi dari banyak sih telur itu yang berhasil menetas. Karena sekarang masih di asistensi juga sama Lab Vektor dari Salatiga. Jadi harapannya menetas semua, tapi tergantung tempat penyimpanan, cuaca, jadi enggak selalu pasti yang menetas dari tiap ember itu jumlahnya berapa,” ujarnya.
Bandung ditunjuk menjadi salah satu wilayah penyebaran nyamuk Wolbachia karena Kota ini dalam tiga tahun berturut-turut selalu menempati peringkat pertama pada kasus demam berdarah.
Jika dilihat dari data kasus demam berdarah, dari tahun 2021, 2022, 2023, Bandung memang menempati urutan pertama kasus DBD paling banyak.
Ira mengatakan, diperlukan waktu 1-2 tahun untuk berdampak penghambat kasus DBD sejak dilepasliarkan.
Baca juga: Terapkan Gaya Hidup Sehat, Kemenkes Rencanakan Cek Kesehatan Berkala Bisa di Posyandu
“Ini baru berdampak setahun atau dua tahun, setelah pertama kali dilepasliarkan. Karena kita tuh kalau berdasar teorinya akan melepaskan ember berisi telur nyamuk Wolbachia, selama enam bulan. Setiap bulannya diharapkan sudah menetas, terus di ganti telur yang baru. Kalau sudah enam bulan pelepasliarkan diharapkan proporsi nyamuk Aedes Aegypti Wolbachia yang ada di Kota Bandung bisa mencapai 60 persen, di alam, di lingkungan. Sisanya akan dijalani secara alamiah dengan perkawinan antar nyamuk di alam gitu. Dan itu baru berdampak setahun atau dua tahun setelah pertama kali nyamuk dilepasliarkan,” katanya.
Sumber: CNN Indonesia