Jakarta, mu4.co.id – Pemerintah Indonesia berencana mengalihkan impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura ke Amerika Serikat (AS) dan Timur Tengah. Hal itu ditegaskan oleh Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.
Keputusan ini disebut merupakan bagian dari strategi negosiasi Indonesia untuk menghindari pengenaan tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump.
Untuk diketahui, impor BBM RI dari Singapura sendiri selama ini mencapai 54% dari total kebutuhan RI. Sementara itu, Singapura sebenarnya tidak memiliki produksi minyak mentah sendiri, tetapi merupakan pusat penyulingan dan pemasok utama produk ke negara-negara lain di kawasan tersebut, Indonesia juga termasuk di dalamnya. Sebagian besar BBM dari Singapura tersebut terdiri dari bensin dan solar.
Adapun, produksi bahan bakar fosilnya Indonesia telah menyusut selama bertahun-tahun, bahkan harus mengimpor sekitar 290.000 barel bahan bakar cair olahan per hari dari negara tetangganya yang lebih kecil.
“Jika rencana ini membuahkan hasil, tentu akan terjadi perubahan yang nyata bagi pasar tanker,” kata perusahaan chartering kapal atau broker kapal berbasis di Singapura, Sentosa Shipbrokers, Ahad (11/05/2025).
Baca juga: Malaysia Berencana Impor Beras dari Indonesia, Begini Tanggapan Menteri Pertanian!
Sementara itu, terkait keputusan tersebut, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Eddy Soeparno menilai diperlukan riset keekonomian yang detil dan terbukti memberikan keuntungan bagi Indonesia.
“Rencana pengalihan impor BBM ini sebaiknya dibarengi dengan percepatan pembangunan energi baru dan terbarukan (EBT) serta transformasi sektor hilir energi agar lebih efisien dan ramah lingkungan,” kata Eddy, Senin (12/05/2025).
Lebih lanjut, Eddy yang juga sebagai anggota Komisi XII DPR itu menegaskan bahwa MPR akan terus mengawal kebijakan energi nasional agar selaras dengan amanat konstitusi, khususnya terkait keadilan sosial dan pengelolaan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sebelumnya, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mengungkapkan sejak menjabat sebagai Menteri ESDM, dirinya telah melakukan sejumlah evaluasi terhadap produk impor, seperti produk BBM. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa harga beli minyak dari Singapura ternyata sama dengan harga beli BBM dari wilayah Timur Tengah.
“Setelah saya cek, kok harganya sama dibandingkan dengan dari negara Middle East. Ya, kalau begitu kita mulai berpikir bahwa mungkin, bukan kata mungkin lagi nih, sudah hampir pasti kita akan mengambil minyak dari negara lain yang bukan dari negara itu,” kata Bahlil ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Ahad (11/05/2025).
Rencana itupun akan dieksekusi dalam waktu enam bulan ke depan, sembari saat ini Pertamina tengah membangun dermaga agar dapat menampung kapal yang besar lagi. “Kalau dari Singapura kan kapalnya yang kecil-kecil. Itu juga salah satu alasan. Jadi kita membangun yang besar, supaya satu kali angkut, enggak ada masalah. Maka, pelabuhan yang lebih besar dan kedalamannya harus dijaga,” ujarnya.
Bahlil menegaskan bukan tidak mungkin, ke depannya tidak ada impor BBM sama sekali oleh Indonesia dari Negeri Singa itu, yang dinilainya cenderung lebih mahal sekalipun jaraknya lebih dekat. Namun, pengurangan volume impor tersebut menurutnya akan dilakukan secara bertahap.
(bloombergtechnoz.com, cnbcindonesia.com)