Banten, mu4.co.id – Tiga orang siswa SD di Pandeglang, Banten, batal wisuda tahfiz, dan terpaksa dipulangkan, lantaran menunggak bayar uang SPP yang mencapai Rp42 juta.
Diketahui, ketiga siswa tersebut merupakan kakak beradik yang disebut berpestasi. Sang ibu, Defi Fitriani menceritakan bahwa anaknya yang paling besar duduk di bangku kelas 6 SD menjadi tahfiz. “Untuk anak saya yang pertama, yang sekarang kelas 6, sudah hafal juz 30, sudah diwisuda juga. Alhamdulillah predikatnya mumtaz, predikat terbaik,” tutur Defi.
Kemudian anaknya yang kedua harusnya mengikuti jejak sang kakak untuk diwisuda juz 30. Namun batal karena dipulangkan dari sekolah. Bahkan anak keduanya ini pun memiliki prestasi bidang akademik di mata pelajaran matematika. “Anak saya yang kedua pun harusnya waktu dinonaktifin ikut wisuda tahfiz juga juz 30, tapi karena dinonaktifkan, akhirnya enggak,” ungkapnya.
Sementara itu, anak bungsunya juga memiliki prestasi. “Anak saya yang ketiga dari tilawatinya juga sempat dapat predikat terbaik,” tambah Defi.
Ketiga siswa tersebut dipulangkan paksa ke rumahnya di Menes, Banten, diantar oleh guru-gurunya menggunakan mobil warna silver. Mereka pun menangis di pelukan sang ibu. Defi mengaku begitu hancur ketika ketiga siswa SD Pandeglang ini dipulangkan paksa oleh sekolah, ditambah ketika ia mengetahui anak-anaknya dipaksa pulang saat sedang belajar di sekolah.
“Sedih, hancur, orang tua mana yang bisa melihat anak lagi senang belajar, kalau belajar semangat, ke sekolah enggak ada istilah malas, pasti selalu semangat. Tapi pas tiba-tiba harus dipulangkan paksa, perasaan saya hancur,” ungkap Defi.
Sementara itu, sang ayah, Muhammad Fahat tidak bisa berbuat apa-apa, sebab ia menyadari bahwa tidak mampu membayar tunggakan SPP senilai puluhan juta tersebut. “Iya de, sekolah lagi kalau udah bayaran ya de, ya bang ya, Abang kuat,” ucap sang ayah, Muhammad Fahat.
“Anak saya kedua minta tetap wisuda, tapi saya kasih pengertian enggak bisa,” tambahnya.
Fahat pun juga mengungkapkan penyebab sampai menunggaknya SPP sekolah tersebut, karena ia mengaku tidak memiliki penghasilan untuk membayar SPP ketiga anaknya yang sekolah di SD Pandeglang itu.
Dirinya Berani menyekolahkan anaknya di sekolah swasta ternama, meski hanya seorang buruh serabutan, yang penghasilannya selama ini diketahui hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Kerja aja serabutan ya cukup untuk sehari-hari udah alhamdulillah, apalagi untuk melunasi pembiyaan itu,” kata Fahat.
(tribunnews.com)