Paris, mu4.co.id – Surat-surat bernilai sejarah karya R.A. Kartini kini resmi diakui dunia sebagai warisan dokumenter dan tercatat dalam daftar Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World/MoW) UNESCO.
Pengakuan ini diumumkan UNESCO pada Kamis, 17 April 2025 setelah penetapan dalam Sidang Dewan Eksekutif ke-221 di Paris pada Jum’at (11/4).
Pengajuan surat-surat tersebut dilakukan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bersama Arsip Nasional Belanda dan Universitas Leiden. Program MoW bertujuan menjaga serta membuka akses terhadap dokumen penting yang rentan punah agar tetap lestari.

Dalam Register 2025, surat-surat Kartini dianggap sebagai simbol perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan gender. Dokumen tersebut menjadi pijakan penting untuk memahami kehidupan serta gagasan-gagasan maju yang dimiliki RA Kartini semasa hidupnya.
“Surat-surat Kartini, yang disimpan di institusi-institusi Belanda, hadir sebagai sumber dari pemikirannya, sementara dampak dari surat-surat itu terhadap pendidikan, emansipasi, dan perjuangan kesetaraan gender tercermin dalam arsip Kartini di Indonesia. Dari hidupnya yang singkat sampai hari ini, Kartini sudah menjadi sumber inspirasi dalam diskusi Indonesia dan internasional tentang pendidikan, feminisme, dan kesetaraan gender,” demikian deskripsi surat-surat Kartini dalam situs UNESCO, dikutip dari Kumparan Woman, Kamis (24/4).
Di Indonesia, surat-surat Kartini telah dihimpun dalam buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Kumpulan surat tersebut disusun oleh sahabat penanya, Jacques Henri (JH) Abendanon, berisi tentang Kartini yang menyuarakan nilai-nilai emansipasi, kesetaraan gender, serta penolakannya terhadap penjajahan.
Selain surat-surat Kartini, empat warisan dokumenter Indonesia lainnya juga masuk dalam Register 2025, yaitu Arsip Tarian Mangkunegaran (1861–1944), Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, karya Hamzah Fansuri, dan Arsip Lahirnya ASEAN.
Sebelumnya, 11 warisan dokumenter telah teregistrasi, yaitu: Arsip VOC (2003), Naskah La Galigo (2011), Babad Diponegoro (2013), Naskah Nagarakertagama (2013), Arsip Konferensi Asia Afrika (2013), Naskah Panji (2017), Arsip Konservasi Borobudur (2017), Arsip Tsunami (2017), Pidato Soekarno: To Build The World Anew (2023), Hikayat Aceh (2023), dan Arsip Konferensi Pertama Gerakan Non-Blok (2023).





(Kumparan, Kemlu, @indonesiainparis,laman MoW)