Media Berkemajuan

21 April 2025, 15:50
Search

Sering Beli Merek Sepatu Ini? Ternyata Bukan Buatan Indonesia!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Proses pembuatan sepatu bata. [Foto: Tempo.co]

Jakarta, mu4.co.id – Masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan merk sepatu Bata karena sudah eksis di Indonesia sejak 1931. Merek ini sering dicari ketika musim liburan sekolah tiba. Menawarkan harga murah dan kualitas yang baik membuat orang-orang senang membeli sepatu bata.

Namun, ternyata merek sepatu Bata bukan produk buatan dalam negeri. 

Baca juga: 7 Penemu Asal Indonesia Ini Namanya Mendunia

Merek sepatu Bata merupakan produk Eropa, tepatnya dari Ceko. Kata “Bata” justru diambil dari pendiri sekaligus pembuatnya, yakni Tomas Bata.

Tomas adalah pengusaha asal Ceko. Ia memulai usaha ini bermodalkan pinjaman ibu sebesar 350 USD, ia dan saudara-saudaranya mendirikan pabrik sepatu Bata di Zlin pada 24 Agustus 1849.

Sejak saat itu, ia kerap bepergian untuk mencari inspirasi pembuatan sepatu. Ia pun belajar mencari mesin pembuat sepatu.

Diketahui ia mengunjungi New England, Amerika Serikat untuk belajar membuat sepatu dengan mendaftarkan diri menjadi buruh sepatu pabrik. Setelah memiliki cukup ilmu ia kembali ke Ceko untuk mempraktikkan seluruhnya.

Beruntung, ketika Tomas pulang kampung, Eropa mengalami perang yang dikenal sebagai Perang Dunia I (1914-1918). Berkat peristiwa itu, Bata mendapatkan orderan sepatu tentara dalam skala besar.

Dikutip dari The Encyclopedia of the Industrial Revolution in World History (2014), diketahui Bata mampu memproduksi 50 ribu sepatu selama periode perang. Dari keuntungan itu Bata mampu berekspansi ke berbagai negara.

Bata memulai dari Swiss, lalu ke Inggris, Prancis, Belanda, Kanada, sampai negeri di Timur bernama Hindia Belanda. Jejak Bata di Hindia Belanda tercatat pada 1931 lewat pendirian gudang impor sepatu Bata di Tanjung Priok.

Sebagaimana dipaparkan Entrepreneur Extraordinary: Biography of Tomas Bata (1968), lisensi perusahaan Bata dipegang oleh NV Nederlandsch Indische Schoenhandel Maatschappij Bata.

Namun, Tomas tidak bisa melihat kesuksesan Bata di Hindia Belanda dalam waktu lama karena ia meninggal akibat kecelakaan pesawat pada 1932.

Setelah Tomas meninggal dunia, bisnis Bata dijalankan oleh sang anak. Dan di Hindia Belanda, Bata rupanya sukses menjadi ‘raja sepatu’ usai mendirikan pabrik sepatu Bata di Kalibata, pada 1939.

Sejak itulah Bata tetap eksis hingga sekarang. Bahkan, di masa-masa sulit pun Bata tidak tutup.

Baca juga: Inilah Deretan Bank Asing yang Hengkang dari Indonesia

Soekarno pun tercatat menjadi pengguna sepatu Bata. Menurut kesaksian ajudannya, Maulwi Saelan dalam memoar berjudul Dari Revolusi ’45 sampai Kudeta ’66: kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa (2001), diketahui proklamator itu punya 3 dus sepatu Bata berisi 3 pasang sepatu untuk olahraga.

Eksistensi Bata pun tetap bertahan hingga saat ini. Produk Bata di seluruh dunia berada di bawah jaringan internasional Bata Shoe Organization.

Di Indonesia, lisensi Bata dipegang oleh PT Sepatu Bata Tbk (BATA). Merk ini juga memegang lisensi untuk merek lainnya, seperti North Star, Power, Bubblegummers, Marie-Claire, dan Weinbrenner.

Sumber: Beautynesia

[post-views]
Selaras