Media Utama Terpercaya

2 Juli 2025, 23:30
Search

Selain Puasa Asyura’. Ada Tasu’a, Puasa yang Tidak Kesampaian Dikerjakan Rasulullah. Kapan Waktunya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Puasa Tasua dan Asyura
Selain Puasa Asyura’. Ada Tasu’a, Puasa yang Tidak Kesampaian Dikerjakan Rasulullah [Foto: AI/ mu4.co.id]

Banjarmasin, mu4.co.id – Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (asyhurul hurum). Bulan dimana kita dianjurkan untuk memperbanyak amal sholeh.

Ada ibadah sunnah yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dikerjakan di bulan Muharram yaitu puasa Tasu’a tanggal 9 Muharram dan puasa Asyura’ tanggal 10 Muharram.

Sebelumnya orang-orang di Jazirah Arab sudah mengerjakan puasa Asyura’ tanggal 10 Muharram bahkan sebelum Islam datang. Tetapi mereka hanya berpuasa di tanggal 10 Muharram, tidak di tanggal 9 Muharram.

Lantas bagaimana sejarah dibalik munculnya puasa Tasu’a 9 Muharram?

Dahulu orang-orang Quraisy sudah mengerjakan puasa 10 Muharram. Menurut riwayat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah berpuasa Asyura sebelum hijrah ke Madinah. Aisyah Radhiyallahu anha meriwayatkan:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ[متفق عليه]

“Di masa jahiliah, orang Quraisy biasa berpuasa pada hari Asyura’ (10 Muharram). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melakukannya. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap melaksanakan puasa tersebut dan memerintahkan orang lain untuk ikut berpuasa. Namun, setelah puasa Ramadan diwajibkan, beliau meninggalkan puasa Asyura’ dan bersabda: ‘Barang siapa yang mau, silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak mau, maka tidak mengapa’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hal ini menunjukkan bahwa puasa Asyura’ bukanlah ibadah yang asing bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau sudah menjalankannya dan setelah hijrah, beliau tetap meneruskannya, sebelum kemudian memberikan kebebasan kepada umat (sunnah) untuk melaksanakan atau tidak setelah kewajiban puasa Ramadan ditetapkan.

Baca juga: Kapan 1 Muharram 1447 H Menurut Pemerintah, Muhammadiyah, dan NU?

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati bahwa kaum Yahudi juga berpuasa pada hari Asyura’. Mereka melakukan ini sebagai ungkapan syukur atas penyelamatan Nabi Musa ‘Alaihissalam dari kejaran Firaun. Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu meriwayatkan:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Hari apa ini?”

Mereka menjawab, “Hari ini adalah hari mulia. Pada hari ini Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil serta menenggelamkan Firaun dan pengikutnya. Musa pun berpuasa sebagai ungkapan syukur, dan kami ikut melaksanakannya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.” Kemudian beliau pun berpuasa dan menganjurkan umat Islam untuk melakukannya. (HR Muslim).

Dalam riwayat lain diterangkan begitu besarnya ganjaran pahala yang diperoleh dari puasa Asyura’ 10 Muharram, sebagaimana hadis Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَه

“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar ia menghapus dosa-dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim, no. 1162)

Imam an-Nawawi (w 676 H) menjelaskan maksud dosa yang diampuni pada hadits tersebut adalah dosa kecil, atau paling tidak mendapat keringanan atas dosa besar atau pengangkatan derajat seorang hamba. (an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, juz 8, hlm 51)

Jadi, bukan pengampunan dosa seluruhnya, karena dosa besar kemungkinan besar Allah ampuni hanya apabila seorang hamba tersebut bertaubat nasuha, taubat yang sungguh-sungguh.

Baca juga: Arab Saudi Tetapkan 1 Muharram 1447 H Pada Kamis 26 Juni 2025

Alasan ditetapkannya Puasa Tasu’a 9 Muharram

Dalam hadits sahih riwayat Muslim dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu disebutkan:

 حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari ‘Asyura` dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa; Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharam).” Namun tahun depan itu pun tak kunjung tiba, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.” (HR Muslim no.1134)

Dalam lafazh lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jika Saya panjang umur sampai tahun depan, niscaya saya akan berpuasa pada hari kesembilan dan hari Asyura’. [HR. Ahmad dan Muslim]. 
Abu ‘Ali mengatakan: Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad Ibn Yunus dari Ibnu Abi Dzi’b dengan tambahan “karena beliau takut ketinggalan ‘Asyura’.” [Lihat Ibnu Majah].

Muncul pertanyaan mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menambahkan hari kesembilan Muharram untuk berpuasa? Kata Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berkata bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang hanya berpuasa pada 10 Muharram saja. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 14).

Berdasarkan hadits ini dapat dipahami bahwa puasa Tasu’a dan Asyura’ merupakan dua ibadah sunnah yang menjadi satu kesatuan. Beliau sangat ingin mengerjakan keduanya, sehingga sudah berpesan kepada para sahabat agar ikut melakukan puasa Tasu’a diiringi puasa Asyura’ di tahun depan.

Hanya saja qadarullah, Allah berkehendak lain. Rasulullah tidak kesampaian menunaikan puasa Tasu’a karena Beliau lebih dulu wafat sebelum tahun depan itu datang. Meskipun demikian pesan Rasulullah ini telah menjadi wasiat sejarah yang akan dipegang teguh dan dilaksanakan oleh generasi muslim berikutnya hingga hari kiamat. Sebagai bukti kecintaan dan ketaatan kita kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun Rasulullah belum sempat mengerjakan puasa Tasu’a.  

Baca juga: Sah! Lembaga Falakiyah NU Umumkan 1 Muharram 1447 H Jatuh Pada Tanggal…

Adapun di antara hikmah di balik dianjurkannya puasa Tasu’a (9 Muharram) adalah agar tidak serupa dengan ibadah umat Nasrani dan Yahudi yang berpuasa hanya di tanggal 10 Muharram. (an-Nawawi, al-Majmu’, juz 6, hlm. 383).

Peristiwa ini memberikan pelajaran penting dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selain tetap menegaskan kepada umat Islam untuk menghormati Nabi Musa ‘Alaihissalam, dengan berpuasa Asyura’, tetapi juga membedakan identitas kaum muslimin dengan menambah puasa Tasu’a agar menyelisihi ibadah yang selama ini dikerjakan kaum Yahudi dan Nasrani.

Lantas kapan pelaksanaan puasa Tasu’a dan Asyura’? Berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), ditetapkan 1 Muharram 1447 H jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025.

Dengan demikian, puasa sunnah Tasu’a (9 Muharram 1447 H) akan dilaksanakan pada hari Jum’at, 4 Juli 2025 dan puasa Asyura’ (10 Muharram 1447 H) dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Juli 2025.

[post-views]
Selaras
Populer
Terkini