Banjarmasin, mu4.co.id – Peningkatan mutu pendidikan vokasi terus diberikan. Sebagai pendukung, pemerintah memberikan bantuan pengembangan pengajaran berbasis pabrik atau Teaching Factory (Tefa) dari Kementerian Pendidikan dan Budaya. Salah satu penerima bantuan ini yaitu SMK Muhammadiyah 2 Banjarmasin yang lolos seleksi dari seluruh Indonesia.
Pada tahun 2018, SMK Muhammadiyah 2 Banjarmasin juga pernah mendapatkan bantuan serupa. Kemudian pada tahun 2024 kembali diajukan karena SMK Muhammadiyah 2 ingin melanjutkan kerjasama dengan industri.
“Karena ingin keberlanjutan bekerjasama dengan industri, meningkatkan kompetensi lulusan, menyeleraskan kurikulum sekolah dengan IDUKA (Industri dan Dunia Kerja),” ucap Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 2 Fastamik Lima Yuha, S. Ag.
Baca Juga: Cinta Al-Quran, Siswa SMK Muhammadiyah 2 Banjarmasin Ini Jadi Penghafal Qur’an.
Pengajuan bantuan Tefa biasanya dapat diajukan oleh sekolah se-Indonesia. Saat itu terdapat 65 sekolah yang mengajukan, kemudian diseleksi secara Nasional hingga tersisa 25 sekolah untuk melanjutkan tahap selanjutnya. Hasilnya, SMK Muhammadiyah 2 Banjarmasin menjadi satu-satunya sekolah di Kalimantan Selatan yang mendapatkan bantuan tersebut di tahun 2024.
“Alhamdulillah berkat kerjasama tim kami dan karunia Allah sehingga kami lolos di tahun 2024 untuk bantuan Teaching Factory dari Kemendikbud,” ucapnya.
Bantuan Tefa yang diberikan kepada SMK Muhammadiyah 2 yaitu berupa alat, bahan, dan rehab bengkel untuk jurusan Teknik Sepeda Motor dan Teknik Jaringan Komputer, Telekomunikasi.
Sosialisasi membahas Teaching Factory pun dilakukan dengan dihadiri narasumber oleh Direktorat SMK Kemendikbudristek Ghina Ramadiani Pratiwi dan Jayadi Daeng Tutu sebagai pendamping, Kabid SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Moh. Ishak Djulinto, ST, IDUKA PT Trio Motor Kustiono.
Baca Juga: Ciptakan Generasi Qur’ani, SMK Muhammadiyah 2 Banjarmasin Laksanakan Khataman AI-Qur’an
Teaching Factory sendiri merupakan model pembelajaran yang memadukan pencapaian kompetensi kurikulum sekolah dan proses produksi atau penyediaan jasa sesuai prosedur dan standar dunia kerja.
Model pembelajaran ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan berkarakter melalui penyelesaian produk sebagai media belajar dalam bentuk barang dan/atau layanan jasa.
Jayadi Daeng Tutu mengungkap bantuan ini penting mengingat sekolah kejuruan akan efektif jika lingkungan di mana siswa dilatih merupakan replika lingkungan di mana nanti ia akan bekerja dan tugas atau latihan dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang diterapkan di tempat kerja.
“Agar yang dipraktekkan siswa sesuai dengan yang dilakukan diindustri” ucap Jayadi.