Media Utama Terpercaya

2 Agustus 2025, 10:45
Search

Satu Abad Muhammadiyah Kalsel, Tercetus Ide Garap Film Dokumenter Sejarah dari Alabio!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Film dokumenter satu abad Muhammadiyah Kalsel
Alabio, HSU menjadi tempat pertama kali masuknya Muhammadiyah di Kalimantan Selatan [Foto: Radar Banjarmasin]

Banjarmasin, mu4.co.id – Dalam rangka momentum satu Abad Muhammadiyah Kalimantan Selatan (Kalsel) hadirkan film dokumenter yang mengisahkan sejarah masuknya Muhammadiyah pertama kali ke Kalsel, di Alabio, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).

Hal tersebut diungkapkan oleh Penanggung jawab kegiatan, Kayla Untara kepada mu4.co.id, Jumat (01/08/2025). Ia mengatakan bahwa pembuatan film dokumenter tersebut berawal dari keinginan untuk mendokumentasikan kisah sejarah dalam media digital dengan mengambil momentum 1 abad Muhammadiyah di Alabio.

“Dalam perjalanannya, niat mengarsipkan dokumen sejarah dan cerita secara digital tersebut meningkat ke arah pembuatan film dokumenter agar lebih mudah diterima semua kalangan terutama generasi muda yang saat ini lebih cenderung tertarik mengetahui informasi dalam bentuk audio visual (video/film),” ungkapnya ketika dihubungi.

“Penggarapan film ini bisa terealisasi berkat kesediaan dr. Meldy Muzada Elfa sebagai produser filmnya dan pengerjaan produksi dikerjakan tim/sineas lokal, dr. Meldy menyebut hal itu sebagai bentuk loyalitas, atensi dan apresiasi beliau terhadap persyarikatan,” sambungnya.

Baca juga: Din Syamsuddin Isi Tabligh Akbar Milad Ke-49 MBS Nurul Amin Alabio, Ini Pesan yang Disampaikan!

Ketika ditanya mengenai narasumber dalam pembuatan film tersebut, Kayla menyebut sejumlah nama dari tokoh dan angkatan Muda Muhammadiyah, diantaranya yaitu, H. Sulikan Sariyun, Lc, H. Majeri, H. Jailani B, Arifin (Cucu KH. Jaferi Umar), dan dr. Meldy Muzada Elfa. Namun dikatakannya kemungkinan bertambah jika diperlukan.

“Selain memang tokoh yang memiliki kapasitas dan mengetahui sejarah, juga secara usia beliau-beliau ini yang paling layak dijadikan narsum utama. Ini masih ada kemungkinan bertambah apabila dalam produksi keina (nanti) dianggap diperlukan,” ujarnya.

Adapun mengenai proses produksi film diperkirakan memakan waktu kurang lebih 1 bulan. “Dari mulai surveying, perancangan storyboard, syuting sampai editing dan finalisasi. Film tersebut dengan konsep dokumenter namun diupayakan akan dikemas dengan pola story telling agar bisa dinikmati semua kalangan. Dengan dukungan visualisaai dan ilustrasi animasi di beberapa scenenya,” jelasnya.

Saat ini pihaknya pun tengah merancang script dan lainnya, yang kemungkinan proses syuting dimulai pada bulan September. “Karena ini dikerjakan tim, jadi masih on proses. Begitu sudah ada kesepakatan terkait script dengan pihak produser, masuk ke step pengambilan video dan seterusnya,” sebutnya.

Pihaknya pun berharap film tersebut dapat menjadi peninggalan maupun arsip digital yang bisa diterima dan mampu diakses semua orang, terutama tiap generasi-generasi berikutnya.

“Tak hanya skala lokal namun juga nasional. Sebab hadirnya Muhammadiyah yang lahir dari Alabio, kemudian menebar cahayanya ke seantero tanah borneo hingga saat ini tak bisa dilupakan begitu saja. Ini momentum bersejarah. Sebab antara Alabio dengan Jogja memiliki ikatan historis yang cukup kuat. Terbukti hanya selisih 13 tahun sejak berdirinya Muhammadiyah di Jogja,” pungkasnya.

[post-views]
Selaras