Alabio, mu4.co.id – Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015, Prof. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D., atau dikenal dengan Din Syamsuddin mengisi Tabligh Akbar Milad Muhammadiyah Boarding School (MBS) Nurul Amin Alabio ke-49, Ahad (05/01/2025).
Di awal tabligh akbarnya, Tokoh Muhammadiyah ini menyampaikan rasa syukurnya dapat berhadir dalam Milad ke-49 tersebut.
“Alhamdulillah, saya sungguh bersyukur kehadirat Allah SWT dan berbahagia dapat hadir untuk pertama kali walaupun bukan yang terakhir di Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara ini. Dan saya menyaksikan secara langsung bahwa Alabio disebut cikal bakal Muhammadiyah tidak hanya di Kalimantan Selatan tetapi juga di Pulau Kalimantan secara keseluruhan,” ujarnya.
“Yang mana Muhammadiyah sudah hadir dan berkembang di daerah ini hampir satu abad yang lalu. Dan saya mengetahui lewat beberapa tokoh yang berasal dari Alabio di Jakarta,” sambungnya.
“Saya membayangkan MBS Nurul Amin insyaallah akan menjadi salah satu pusat keunggulan pendidikan Muhammadiyah tidak hanya di Kalimantan Selatan, tetapi juga di seluruh Indonesia,” lanjutnya lagi.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua Umum MUI Pusat periode 2005-2010 itu juga menyampaikan bahwa sejatinya Muhammadiyah dan ormas-ormas islam itu bukanlah ghoyah atau tujuan. “Salah dan keliru jika ada umat islam yang menjadikan organisasinya sebagai ghoyah, sebagai tujuan, sehingga organisasi di atas segala-galanya bahkan diatas islam itu sendiri. Bahkan mereka juga berani mati, sementara islam yang harus menjadi ghoyah kita, menjadi yang tertinggi. Ghoyah kita tidak lain untuk mencari ridha Allah SWT,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia menyebut semua itu hanyalah alat dan sarana perjuangan dan jihad untuk menegakkan islam menjadi agama yang kita junjung tinggi. “Maka oleh karena itu kepada umat islam dan khususnya warga Muhammadiyah, kita harus memiliki rasa Muhammadiyah dan menampilkan simbol-simbol Muhammadiyah, busana-busana resmi organisasi,” sambungnya.
Di sisi lain, Prof Din Syamsuddin juga mengatakan bahwa Muhammadiyah tampil dengan amal usaha, karena bagi warga Muhammadiyah Iman itu tidak cukup hanya di dalam dada, tapi iman yang dinyatakan dalam amal nyata atau yang disebut dengan Amal Usaha.
“Inilah Muhammadiyah yang beramal dan berbuat secara nyata, dan apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah itu bukan hanya untuk warga Muhammadiyah tapi untuk seluruh jmat islam boleh masuk, bahkan Universitas-universitas di Jawa Timur mayoritas mahasiswanya bukan dari keluarga Muhammadiyah tapi dari umat NU dan bahkan di Universitas Muhammadiyah Kupang mahasiswanya banyak beragama Katolik dan Kristen,” sebutnya.
Baca juga: Din Syamsuddin Akan Mengisi Tabligh Akbar Peringatan Milad ke-49 MBS Nurul Amin Alabio
Mengakhiri tabligh akbarnya, Din Syamsuddin pun kembali menyampaikan rasa syukurnya adanya pesantren Muhammadiyah di daerah tersebut. “Saya bersyukur di tempat ini ada pesantren Muhammadiyah. Dulu di Muhammadiyah ini tidak menjadi tradisi mendirikan pesantren, Muhammadiyah itu mendirikan sekolah secara modern, tapi terakhir ini Muhammadiyah mendirikan pesantren. Dimana menurut lembaga perkembangan pesantren ada 444 pesantren Muhammadiyah sekarang,” tuturnya.
“Awalnya SMP, SMA, siswanya pulang pergi, dibangun asrama, jadilah pesantren, tidak mau menggunakan istilah pesantren dipakailah istilah bahasa Inggris jadilah Muhammadiyah Boarding School (MBS), itulah awal dijadikannya MBS,” sambungnya.
Dirinya pun berpesan kepada para wali santri, jangan ragu-ragu memasukkan anak ke pondok pesantren. “Pendidikan pesantren sekarang ini adalah solusi, jawaban ditengah gempuran budaya asingasing yang liberal, dengan kemajuan informasi teknologi,” sebutnya.
Ia pun mengakhiri sambutannya dengan bersama-sama santri dan santriwati mengucapkan “To be good is not good enough, why not the best? be the best!” atau Menjadi baik tidak cukup baik, mengapa menjadi tidak terbaik, jadi yang terbaik
“Anak-anak Muhammadiyah jangan kalah dengan anak-anak sekolah lain, kalau mereka bisa menjadi juara mengapa kita tidak bisa, itulah mengapa why not the best, mengapa menjadi tidak yang terbaik semua berprestasi,” tutupnya.