Media Utama Terpercaya

31 Desember 2025, 16:19
Search

Rusia Dukung China Untuk Pertahankan Taiwan. Ini Alasannya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Menlu Rusia Sergey Lavrov ungkapkan dukungan Rusia kepada China terkait Taiwan
Menlu Rusia Sergey Lavrov ungkapkan dukungan Rusia kepada China terkait Taiwan. [Foto: abc.net.au]

Taipei, mu4.co.id – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan Taiwan itu adalah bagian dari China, sehingga ia menyatakan bahwa Rusia menentang dengan tegas kemerdekaan Taiwan dalam bentuk apa pun.

Hal ini memperkuat prediksi Moskow bahwa perang baru akan pecah di Asia antara China dan Taiwan yang didukung Amerika Serikat dengan sekutunya. Lavrov mengatakan Rusia menganggap masalah Taiwan ini merupakan urusan internal China dan Beijing memiliki hak penuh untuk mempertahankan kedaulatan dan integritasnya.

Baca juga: Perang Kembali Pecah, Thailand Serang Kamboja. Ini Kronologinya!

Menurutnya, terkait masalah Taiwan ini sudah sering dibahas. Beberapa negara komitmen dengan kebijakan Satu China ini, tetapi sebenarnya ada juga diantara mereka yang tidak sepakat dengan prinsip reunifikasi nasional China dengan model “Satu Negara, Dua Sistem” yang menjamin otonomi tinggi untuk Taiwan tetapi masih di bawah kedaulatan pusat Beijing.

“Taiwan saat ini digunakan sebagai alat ‘pencegahan militer-strategis’ terhadap Beijing, dengan beberapa negara Barat ingin mengambil keuntungan dari uang dan teknologi Taiwan, termasuk dengan menjual persenjataan AS yang mahal ke Taipei” ujar Lavrov dilansir dari Sindonews, Rabu (31/12).

Dukungan Rusia untuk China terkait Taiwan ini sudah terjalin sejak Juli 2001 dan diabadikan dalam Perjanjian Bertetangga Baik dan Kerja Sama Persahabatan yang ditandatangani antara Moskow dan Beijing.

Baca juga: Kepercayaan Asia Pasifik, Indonesia Diusulkan Pimpin Dewan HAM PBB 2026

Taiwan menjadi daerah otonom atau dapat memerintah sendiri setelah perang saudara China pada tahun 1949 yang mengakibatkan pasukan Nasional mundur ke daerah tersebut, sedangkan daratan China jatuh ke tangan pasukan Komunis.

Kemarahan Beijing muncul ketika Taiwan yang masih bagian dari China dan secara formal masih menganut kebijakan satu China, tetapi AS mempererat hubungan tidak resmi dengan Taipei (ibu kota Taiwan) dengan melakukan kunjungan-kunjungan para anggota parlemen terkemuka.

Presiden China Xi Jinping telah berulang kali mencoba reunifikasi (penyatuan) secara damai sambil mengecam penggunaan kekerasan atau separatisme Taipei yang ingin memisahkan diri secara sepenuhnya dari Tiongkok.

(Sindo News)

[post-views]
Selaras