Media Utama Terpercaya

12 September 2025, 00:24
Search

Protes Besar di Jepang, Publik Desak Penghentian Total Imigrasi

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Jepang
Unjuk rasa imigrasi di Osaka, Jepang. [Foto: TribunNews]

Jepang, mu4.co.id – Osaka dilanda demonstrasi besar pada Sabtu (30/8), karena memprotes kebijakan imigrasi dari Pemerintah Jepang. Mereka membawa bendera dan spanduk berisi slogan seperti “Jangan Jadikan Jepang Afrika!”.

Menurut South China Morning Post, meski tingkat imigrasi Jepang tergolong rendah dibanding negara maju lain, sentimen anti-imigran tetap kuat di masyarakat.

Pemerintah Jepang sendiri sedang menghadapi masalah serius, seperti angka kelahiran rendah, populasi menua, dan kekurangan tenaga kerja. Untuk mengatasinya, Jepang membuka pintu bagi pekerja asing, sehingga arus imigrasi meningkat.

Baca Juga: QRIS Resmi Hadir di Jepang Mulai 17 Agustus 2025, Liburan Wisatawan Indonesia Makin Praktis!

Menurut Pan Asia Biz, jumlah penduduk asing di Jepang mencapai 3,4 juta orang pada 2024, naik 21 persen dari tahun 2019 lalu. Saat ini pekerja asing mencakup sekitar 3 persen populasi, dengan mayoritas berasal dari Vietnam, China, dan Filipina.

Peningkatan ini memicu keresahan publik dan melonjaknya sentimen anti-imigrasi, terutama setelah beredar kabar bahwa pemerintah mendukung imigrasi dari Afrika.

Namun, Pemerintah Jepang menepis tuduhan tersebut. Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri Jepang menyampaikan, ”Tokyo tidak memiliki rencana untuk mengambil langkah-langkah guna mempromosikan penerimaan imigran atau mengeluarkan visa khusus bagi penduduk negara-negara Afrika,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jepang dikutip dari Kompas, Rabu (10/9).

”Ada laporan dan pernyataan baik di dalam negeri maupun internasional yang berisi informasi yang bertentangan dengan fakta,” lanjutnya.

Sebelumnya, di Jepang beredar kabar hoaks bahwa empat kota akan dijadikan “kampung halaman” imigran Afrika. Padahal, Japan International Cooperation Agency (JICA) hanya menetapkan kota tersebut untuk program kerja sama dan pertukaran.

Baca Juga: Investor Jepang Tandatangani Dua Proyek Investasi di Kalsel, Apa Saja?

Akibatnya, muncul protes dari masyarakat Jepang. Wali Kota Kisarazu mengkritik JICA dan Kemenlu, yang kemudian menegaskan program itu hanya untuk kegiatan pertukaran.

Keresahan publik Jepang akhirnya memuncak dalam unjuk rasa besar pada Sabtu lalu. Massa menuntut penghentian imigrasi total dengan alasan ancaman terhadap budaya, keamanan, dan ekonomi.

Menanggapi hal ini, Kementerian Kehakiman menegaskan komitmen pada kebijakan imigrasi yang seimbang dan aman, sementara partai oposisi mendorong kajian lebih serius atas ketegangan sosial yang melatarbelakangi protes tersebut.

(Kompas)

[post-views]
Selaras