Gaza, mu4.co.id – Perdana Menteri (PM) Otoritas Palestina (PA), Mohammed Shtayyeh dan pemerintahannya mengumumkan pengunduran dirinya kepada Presiden Mahmoud Abbas, ketika mendapat kritikan dari Amerika Serikat (AS) dan warga Palestina sendiri, Selasa (27/02/2024).
“Saya ingin memberitahu dewan yang terhormat dan tokoh-tokoh kami bahwa saya menyerahkan pengunduran diri pemerintah kepada Tuan Presiden, Selasa lalu, dan hari ini saya menyampaikannya secara tertulis,” kata Shtayyeh dikutip dari cnbcindonesia.com.
PM Palestina sejak 2019 itu juga mengungkapkan keputusan pengunduran diri itu diambil karena eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Tepi Barat dan Yerusalem. Ia menambahkan, termasuk perang, genosida dan kelaparan di Jalur Gaza.
Baca juga: Ribuan Warga Israel Gelar Demo Besar-besaran, Tuntut Turunkan Netanyahu dari Perdana Menteri
“Saya melihat tahap selanjutnya dan berbagai tantangannya memerlukan pengaturan pemerintahan dan politik baru, yang mempertimbangkan realitas baru di Gaza. Serta, perlunya konsensus berdasarkan persatuan Palestina dan perluasan kesatuan otoritas atas tanah Palestina,” kata Shtayyeh dikutip dari rri.co.id.
Di sisi lain, PA juga sangat tidak populer di kalangan warga Palestina, yang melihatnya tidak mampu memberikan keamanan dalam menghadapi serangan rutin Israel di Tepi Barat.
Bahkan, jajak pendapat Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina pada bulan Desember menunjukkan bahwa lebih dari 60% warga Palestina menginginkan PA dibubarkan.
“Dukungan terhadap Presiden Abbas, yang menjabat sejak 2005, melemah. Di Tepi Barat, 92% responden menginginkannya mengundurkan diri,” menurut jajak pendapat tersebut.