Tel Aviv, mu4.co.id – Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa dirinya tidak akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon, jika tidak mampu menghentikan pasokan senjata yang didukung Iran tersebut.
Hal itu disampaikannya ketika berbicara dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, via telepon pada Selasa (15/10/2024). Dimana dalam percakapan telepon tersebut, Macron menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.
“Perdana Menteri (Netanyahu) mengatakan kepada Presiden Macron bahwa dirinya menentang gencatan senjata sepihak, yang tidak akan mengubah situasi keamanan di Lebanon dan akan mengembalikan negara tersebut ke keadaan semula,” tegas kantor PM Israel dalam pernyataannya, Rabu (16/10/2024).
“Dia menekankan bahwa Israel beroperasi melawan organisasi teroris Hizbullah untuk mencegah mereka mengancam warga Israel di perbatasan utara dan untuk memungkinkan warga kembali ke rumah-rumah mereka dengan selamat,” lanjutnya.
Baca juga: Israel Serang Markas UNIFIL di Lebanon, DK PBB: Kantor PBB Tak Boleh Jadi Sasaran!
Sementara itu, sebelumnya wakil pemimpin Hizbullah, Naim Qassem mengancam kelompoknya akan menimbulkan “rasa sakit” pada Israel yang terus menggempur wilayah Lebanon bagian selatan. Kendati demikian, Qassem juga menyerukan gencatan senjata dengan Israel. “Solusinya adalah gencatan senjata, kami tidak berbicara dari posisi yang lemah, jika Israel tidak menginginkannya, kami akan melanjutkannya,” tegas Qassem dalam pidatonya terbarunya.
Terkait hal tersebut, Netanyahu ataupun pemerintah Israel belum secara langsung menanggapi seruan Qassem tersebut. Namun dalam pernyataan pada Senin (14/10/2024), ia menegaskan negaranya akan terus menyerang Hizbullah “tanpa ampun, di mana pun di Lebanon — termasuk Beirut”.
(detik.com)
