Media Berkemajuan

23 April 2025, 00:57
Search

Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Singkat? Simak Periode dan Wilayahnya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Kemarau
Ilustrasi. [Foto: Lombok Post]

Jakarta, mu4.co.id – Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa musim kemarau pada tahun 2025 diperkirakan akan berlangsung lebih singkat dan diprediksi mulai terjadi pada bulan April 2025.

“Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau,” ujar Dwikorita, dikutip dari Detik Edu, Senin (14/4).

Musim kemarau pun sudah mulai memasuki sejumlah wilayah Indonesia secara bertahap. Diperkirakan jumlah wilayah yang terdampak akan terus bertambah pada Mei dan Juni, mencakup sebagian besar daerah di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua.

Sementara itu puncak musim kemarau tahun 2025 diperkirakan terjadi pada periode Juni hingga Agustus. Ia mengingatkan masyarakat di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku agar tetap waspada karena kekeringan diprediksi mencapai intensitas tertinggi pada Agustus. 

Musim kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung normal di sekitar 60% wilayah, lebih basah dari biasanya di 26% wilayah, dan lebih kering dari normal di 14% wilayah Indonesia.

Baca Juga: Haji 2025 Jadi Haji di Musim Panas Terakhir!

“Durasi kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah, meskipun terdapat 26% wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan,” ungkap Dwikorita.

Karena El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam fase netral, tidak terjadi gangguan signifikan pada iklim global. Kondisi ini memungkinkan suhu permukaan laut di wilayah Indonesia tetap cenderung hangat hingga September.

Potensi Bencana Selama Musim Kemarau 2025

Dwikorita mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana selama musim kemarau, terutama di daerah yang mengalami kekeringan ekstrem, seperti risiko kebakaran hutan dan lahan. Ia juga menyarankan memanfaatkan sisa hujan untuk membasahi lahan gambut dan mengisi cadangan air. 

Sementara itu dari sisi kesehatan, musim kemarau dapat memicu penyakit akibat penurunan kualitas udara. 

Ia juga mengimbau sektor sumber daya air untuk mengelola pasokan air secara bijak, termasuk untuk PLTA, irigasi, dan air baku.

“Semoga informasi ini dapat menjadi panduan bagi para pengambil kebijakan dalam merancang strategi antisipatif dan adaptif untuk menghadapi musim kemarau 2025. Informasi lebih lanjut dan pembaruan data iklim serta cuaca secara real time dapat diakses melalui website resmi BMKG, media sosial @infoBMKG, serta aplikasi InfoBMKG,” ujar Dwikorita.

(Detik Edu)

[post-views]
Selaras