Grobogan, mu4.co.id – Penampakan gunung baru berupa gundukan yang menyemburkan tanah mirip letusan gunung berapi di Grobogan, Jawa Tengah, mengejutkan publik.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid A.N, menyebut fenomena alam yang terjadi pasca gempa berkekuatan M 6,5 pada 22 Maret 2024 tersebut merupakan gunung lumpur atau diistilahkan ‘mud volcano‘.
Gundukan tersebut memiliki ketinggian 25 meter di atas permukaan tanah, yang terbentuk karena natural gas yang naik ke permukaan ketika menemukan sesar mendatar yang tegak (konduit) dan membawa lumpur dengan densitas lebih ringan dari sedimen di sekitarnya.
“Berbagai material, seperti lumpur, gas, batuan, belerang, garam, dan air akan diletuskan di permukaan membentuk kerucut seperti gunung,” dikutip dalam artikel dari laman resmi Mahasiswa Geografi Lingkungan atau Environmental Geography Students Association (EGSA), UGM, Jumat (04/07/2025).
Baca juga: BPPTKG Yogyakarta Katakan Gunung Merapi Bukan Erupsi Biasa
Lebih lanjut, EGSA UGM menuliskan bahwa fenomena mud volcano di Grobogan bukan insiden luar biasa, karena sering terjadi di daerah tersebut. Disebutkan juga bahwa mud volcano tidak terlalu eksplosif seperti letusan gunung api. Namun, semburannya tetap menimbulkan dampak bagi wilayah sekitarnya.
Salah satu dampak kerusakannya yaitu bisa menghancurkan lahan pertanian warga di sekitar lokasi. Selain itu, gas-gas beracun seperti hidrogen sulfida dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh semburan lumpur panas juga dapat membahayakan keselamatan jika terhirup dalam konsentrasi tinggi.
“Gas hidrogen sulfida yang berbau menyengat seperti telur busuk dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan jika terhirup dalam jumlah banyak. Sementara gas karbondioksida dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan sesak nafas, pusing, dan bahkan kematian jika terhirup dalam waktu lama,” lanjut laporan EGSA UGM.
Menghadapi fenomena tersebut, Pemerintah pun diharapkan dapat memberikan solusi alternatif bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena rusaknya lahan pertanian. Namun, fenomena ini juga bisa mendatangkan peluang.
“Melalui proses penggabungan kandungan mineral berharga seperti litium, kaolinit, dan kalsit dengan keberadaan mikroorganisme yang unik seperti bakteri halofilik, lumpur pada mud volcano menjadi bahan yang menjanjikan untuk berbagai aplikasi mulai dari industri hingga konservasi lingkungan. Potensi ini dapat dioptimalkan melalui penelitian lebih lanjut dan pengembangan teknologi yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan lingkungan,” lanjut dalam laporan tersebut.
(cnbcindonesia.com)