Media Berkemajuan

26 Desember 2024, 21:59

Mengapa Indonesia Belum Bergabung di BRICS? Ini Alasannya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Print
Negara-negara BRICS. [Foto: defonline.com.ar]

Jakarta, mu4.co.id – Sebagai negara berkembang yang kerap digadang-gadang untuk segera bergabung dengan BRICS, Indonesia belum juga mengambil langkah. BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) merupakan kelompok negara-negara berkembang yang memiliki potensi ekonomi politik yang besar di tingkat global.

Beberapa negara terang-terangan menyatakan minat untuk bergabung dengan BRICS. Lantas, mengapa Indonesia belum mengambil keputusan untuk bergabung?  

Berikut ini alasan mengapa Indonesia belum bergabung dengan BRICS.

Baca juga: Negara-negara Muslim Ramai-ramai Daftar Gabung BRICS. Bagaimana Indonesia?

1. Indonesia Masih Menggunakan SWIFT World Bank

Hingga saat ini Indonesia memiliki ketergantungan terhadap nilai mata uang dolar AS. Meski beberapa tahun terakhir Indonesia telah melakukan beberapa upaya dedolarisasi atau mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat.

Jika Indonesia bergabung dengan BRICS dapat dipastikan rupiah tidak akan lagi bergantung dengan naik turunnya nilai dolar. Terlebih BRICS saat ini dalam upaya dedolarisasi pengembangan sistem pembayaran global. 

BRICS juga berinisiatif untuk menantang dolar dengan adanya usulan mata uang bersama untuk blok ini. Kedepannya, jika Indonesia memutuskan untuk bergabung dengan BRICS, maka penggunaan SWIFT akan bergeser. Hal ini tentu menjadi fenomena yang cukup mengguncang ekonomi dunia, terlebih Indonesia saat ini termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di kawasan Asia Tenggara.

2. BRICS Masih Belum Stabil

Banyak pakar yang mengatakan jika BRICS masih belum terlalu kokoh dan stabil, meskipun BRICS berperan signifikan dalam perekonomian global, sejauh ini BRICS masih menghadapi berbagai tantangan dan masalah.

Adapun permasalahan yang harus dipecahkan yakni mereka masih dihadapkan tantangan eksternal seperti “Perang Dagang” antara China dan AS yang telah memengaruhi stabilitas ekonomi global secara luas. Selain itu BRICS juga kerap mengalami masalah internal seperti perseteruan antara Cina dan India yang diawali oleh bentrokan yang terjadi di perbatasan kedua negara tahun 2020 silam. 

Baca juga: Tinggalkan Dollar AS, China-India-Rusia Buat Mata Uang Baru

Tak berhenti sampai di situ, persaingan ekonomi antara Afrika Selatan, Brasil dan Rusia juga masih dipertanyakan apakah BRICS mampu membentuk kekuatan bersama para negara pilarnya.

3. Indonesia Masih Melakukan Penilaian Menyeluruh

Indonesia masih harus melakukan penilaian menyeluruh dengan menitikberatkan pada perbedaan ideologi, kebijakan luar negeri dan politik global. Hal ini dilakukan karena kehadiran BRICS memang bertujuan untuk mengurangi dominasi kekuasaan yang selama ini masih dipegang Barat. Dalam hal ini, Indonesia merupakan negara bisa dianggap netral. Indonesia dikenal memiliki hubungan baik dengan the Global South (negara berkembang di belahan bumi selatan dan the Global North (negara maju di belahan bumi utara yang berkorelasi dengan kekuasaan Barat). 

Selain itu hubungan Indonesia dengan negara besar seperti Cina, Rusia, AS dan Australia berjalan sangat baik. Jika Indonesia bergabung dengan BRICS, Indonesia perlu memposisikan diri secara strategis dan tetap memegang prinsip politik luar negeri bebas aktif dan pedoman non intervensi dalam urusan negara lain.

Sumber: ekbis.sindonews.com

[post-views]
Selaras