Banjarmasin, mu4.co.id – Setelah sebulan umat islam menunaikan ibadah puasa ramadhan, maka selanjutnya memasuki bulan syawal, dimana umat islam sendiri dianjurkan untuk melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal lantaran memiliki keutamaan serta pahala yang berlimpah.
Hal tersebut sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim).
Namun jika seseorang tidak berpuasa di bulan Ramadan karena ada udzur, misalnya karena sakit atau karena haid, mana yang harus dikerjakan lebih dulu antara mengganti hutang puasa ramadhannya atau puasa syawal? Berikut penjelasannya:
Baca juga: Mulai Januari 2024, Masjid Al Jihad Banjarmasin Sajikan Sahur Puasa Sunnah
Menanggapi hal tersebut, Ustaz H. Riza Rahman, Lc mengatakan bahwa jelas yang lebih utama adalah harus membayar atau mengganti hutang puasa di bulan ramadhan terlebih dahulu, karena ia menyebut mengerjakan puasa syawal yang 6 hari itu disunnahkan jika sudah menyelesaikan atau menuntaskan puasa di bulan ramadhan.
“Jadi puasa syawal tersebut disunnahkan kepada orang yang sudah menyelesaikan puasa ramadhan,” ujarnya.
Selain itu, Ustaz Riza juga mengatakan hal tersebut juga karena perkara yang wajib itu harus lebih didahulukan daripada perkara yang sunnah.
“Artinya, ia selesaikan dulu puasa ramadhan nya, baru ia kerjakan puasa 6 hari di bulan syawal. Rasulullah menggunakan pernyataan ‘man shama ramadhan‘ atau siapa yang menyelesaikan ramadhan, bukan menyebutkan ‘man shama fii syahri ramadhan‘ atau siapa yang berpuasa di bulan ramadhan,” ujarnya.
Jadi ia menegaskan bahwa seorang muslim seharusnya menyelesaikan hutang puasanya terlebih dahulu baru melaksanakan puasa sunnah.
“Dan ingat tidak boleh menggabungkan niat wajib dengan niat sunnah. Bahkan perkara sunnah saja digabungkan pada sebuah amalan, itu ditentang oleh banyak ulama (apalagi menggabungkan perkara wajib dan sunnah),” pungkasnya.